Monday, June 16, 2014

Pembelajaran Tematik Integratif di SMA



PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DI SMA
A. Pengertian
1. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual/kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep/prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik melalui tema tertentu. Pembelajaran tematik merupakan usaha mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, dan pemikiran kreatif dalam pembelajaran dengan menggunakan tema sebagai pokok kajian. Tema dikaji secara mendalam.[1]
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali serta menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan  secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruskah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran terpadu lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakana karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memerhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, tetapijuga keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.Adanya tema ini akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya (1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; (3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; (5) siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6) siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu tema pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; (7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatana remidial, pemantapan, atau pengayaan.[2]
 2. Pembelajaran Terpadu Tipe IntegratedModel ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keteranpilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Pada model ini tema yang berkaitan dan tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap-sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberap bidang studi, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai bidang studi.[3]
Pendekatan integratif, yang juga dikenal dengan nama pendekatan terpadu, bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Bermakna mempunyai arti bahwa setiap suatu keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Keseluruhan tersebut bukanlah penjumlahan dari berbagai bagian,  melainkan suatu totalitass yang memiliki makna tersendiri. Adapun terstruktur mempunyai asumsi bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu. sebagai contoh, manusia bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian tubuh atau penjumlahan dari badaniah dan rohaniah, melainkan sesuatu yang utuh. dalam konteks ini, pendidikan anak adalah pendidikan yang menyeluruh atau dengan kata lain pendidikan dalam rangka pembentukan yang terintegrasi. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan pribadi yang utuh, dengan mempertimbangkan bahwa anak adalah suatu potensi yang sedang berkembang dan merupakan organisme yang hidup, yang hidup dalam masyarakat yang sedang berkembang pula.[4]
B. Karakteristik
Karakteristik pembelajaran tematik yang paling utama adalah: (1) holistic (utuh), tema dikaji dari berbagai bidang (mata pelajaran) sekaligus; (2) bermakna artinya fungsional bagi kehidupan peserta didik, tema yang dipelajari berguna atau bermanfaat bagi kehidupan peserta didik; (3) otentik yakni menekankan pada pengalaman belajar langsung atau menggunakan situasi kehidupan riil; (4) aktif melibatkan peserta didik secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi.
C. Prinsip Pelaksaan
Ada beberapa prinsip dalam pembelajan tematik, yaitu (1) tema sedang (tidak terlalu luas atau sempit) (2) tema harus bermakna; (3) tema sesuai tingkat perkembangan peserta didik; (4) tema mampu mewadahi minat peserta didik; (5) peristiwanya otentik; (6) mengakomodasi pertimbangan kurikulum dan harapan masyarakat; (7) mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar; (8) guru bukan aktor tunggal; (9) pemberian tanggung jawab yang jelas kepada setiap siswa; (10) guru bersifat akomodatif terhadap ide yang berkembang meskipun belum direncanakan.
D. Prinsip Evaluasi
Ada beberapa prinsip dalam model pembelajaran tematik, yaitu: (1) guru hendaknya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan evaluasi diri; (2) evaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan dalam kontrak belajar: (3) guru hendaknya merespons setiap reaksi siswa dalam semua even sebagai satu kesatuan utuh dan bermakna.
E. Proses Pembelajaran Tematik
Proses pembelajaran tematik terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan kulminasi. Proses perencanaan terdiri atas: (1) menjajakan tema; (2) penetapan tema; (3) pengembangan subtema; (4) penilaian proses. Proses pelaksanaan terdiri atas: (1) pengumpulan data/informasi; (2) pengolahan data; (3) penyusunan laporan; (4) penilaian proses. Proses kulminasi terdiri atas: (1) penyajian laporan; dan (2) penilaian.[5]F. Arti Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain:
1.      Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
2.      Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsure-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan perkembangan siswa yang masih melihat segal sesuatu sebagai kesatuan (holistic).
 Dengan pelaksaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu:
1)      Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan;
2)      Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat bukan tujuan akhir;
3)      Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah, dan
4)      Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
G. Keterbatasan Pembelajaran Tematik di SMA
Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaanya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banya menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.
1.      Aspek guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akandiajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak berfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran tematik akan sulit terwujud.
2.      Aspek peserta didik
Pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar peserta didikyang relatif  “baik“, baik dalamkemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran tematik menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menghubungkan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran tematik ini sangat sulit dilaksanakan
.3.      Aspek sarana dan sumber pembelajaran
Pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak terpenuhi, maka penerapan pembelajaran ini akan terhambat.
4.      Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5.      Aspek penilaian
Pembelajaran tematik membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensip), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6.      Aspek suasana pembelajaran
Pembelajaran tematik berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.[6]
H. Sintaks  (Langkah-langkah) Model Pembelajaran Tematik
Sintaks pembelajaran tematik pada dasarnya mengikuti langkah-langkah pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tuga tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Prabowo, 2000: 6). Berkaitan dengan itu maka sintaks model pembelajaran tematik dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran seperti model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, maupun model pembelajaran berdasarkan masalah.
1.      Tahap perencanaan
  1. Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. Seperti contoh diberikan oleh Fogarty (1991: 28), untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir dengan keterampilan sosial, sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisir.
  1. Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
  1. Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan mengorganisasi, yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan.
  1. Merumuskan indikator hasil belajar
Berdasarkan kompetensi dasar dan sub keterampilan yang telah dipilih dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan meliputi: audience (peserta didik), behavior (perilaku yang diharapkan), condition (media /alat) dan degree (jenjang/jumlah)
  1. Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2.      Tahap Pelaksanaan
Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi:
a.       Guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran;
b.      Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok;
c.       Guru perlu mengakomodatif  terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan Depdiknas (1996: 6).
3.      Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional (1996 :6), hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a.       Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri disamping bentuk lainnya.
b.      Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.[7]                     


    DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Sa’dun, 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran, Bandung: Rosdakarya.
Hamalik, Oemar, 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: Rosdakarya.
Mulyasa, E, 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: Rosdakarya.
Rusman, 2009. Manajemen Kurikulum, Jakarta: Rajawali Pers.
Trianto, 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta:Prestasi Pustaka.

[1] Pro. Dr. Sa'dun Akbar., M.Pd., Instrumen Perangkat Pembelajaran, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hlm. 69.[2] Dr. Rusman, M.Pd., Manajemen Kurikulum, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hlm. 253.[3] Trianto, S.Pd., M.Pd. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hlm. 47[4] Prof. Dr. H. Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung:  2007, Rosdakarya, hlm. 36[5] Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M.Pd. Instrumen Perangkat Pembelajaran, Bandung:  2007, Rosdakarya, hlm. 69[6] Trianto, S.Pd., M.Pd. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hlm. 108 [7] Trianto, S.Pd., M.Pd. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hlm. 15