Sunday, October 19, 2014

Peran Komputer dalam Pendidikan Matematika

Peran Komputer dalam Pendidikan Matematika

Bicara tentang komputer, sudah tidak asing lagi mendengarnya. Yah karena hampir setiap orang memilikinya, komputer berkembang dengan sangat pesat mengikuti arah perkembangan zaman. Dari masa kemasa komputer terus berkembang, dari Komputer yang besarnya satu kamar sampai yang sekarang bisa di bawa kemana-mana atau yang biasa di kenal dengan Laptop/Netbook. Komputer sangat membantu dalam semua kegiatan manusia, hampir semua pekerjaan manusia setiap harinya menggunakan jasa Komputer.
Peran komputer dalam dunia pendidikan sangat pesat, salah satu contohnya dalam kegiatan belajar, kita bisa mengakses materi melalui jasa internet kita bisa belajar sendiri mencari informasi atau menggali ilmu. Internet  sudah sangat erat kaitannya dengan manusia, hampir semua orang setiap harinya mengakses internet, baik untuk mencari pelajaran atau hanya sekedar untuk bisa berkomunikasi dengan dunia maya.
Bicara tentang peran komputer dalam pembelajaran matematika, saya di sini akan sedikit mengartikan atau memberi sedikit gambaran tentang peran atau untuk apa saja sih manfaat komputer itu dalam Pendidikan Matematika. Sebagai calon guru saya harus menguasai komputer terlebih dahulu untuk membantu pekerjaan saya ketika saya sudah menjadi guru.
Peran komputer dalam Pendidikan Matematika itu sangat banyak. Yaitu kita ambil yang pertama dahulu tentang Microsoft Word, semua orang pasti mengenal Microsoft Word tapi tidak semua orang tahu semua fungsi yang ada di dalam Microsoft Word jika kita tidak belajar dan ngulik. Microsoft Word adalah program computer pengolah kata, di dalam Microsoft Word banyak sekali fungsi yang dapat di gunakan dalam pembelajaran matematika seperti dalam membuat tabel statistika kita bisa menggunakan Chart, dan dalam membuat angka atau simbol-simbol dalam matematika kita bisa menggunakan Equation atau Symbol. Selain itu komputer juga membantu dalam penyimpanan data dan lain-lain.
Aplikasi yang ke-dua yaitu Microsoft Excel, Microsft Excel adalah aplikasi program pengolah angka, yang dalam pembelajaran matematika sangat penting digunakan yaitu untuk mengetahui nilai rata-rata kelas, dan mengatur semua yang berhubungan dengan angka atau membuat tabel.
Yang ketiga yaitu Microsoft Powerpoint, Micosoft Power Point adalah aplikasi yang sering digunakan untuk mempresentasikan hasil diskusi atau dalam pembelajaran sering digunakan oleh guru sebagai media untuk menjelaskan pengajaran.
Aplikasi lain yang tentang pembelajaran matematika yaitu ada aplikasi Geogebra  dimana aplikasi ini adalah aplikasi khusus matematika yaitu berisi tentang gambar suatu grafik fungsi f(x) atau bisa juga untuk mencari nilai turunan atau integral dari suatu fungsi f(x).
             Nah begitu banyak ragam manfaat atau peran komputer dalam Pendidikan Matematika, seperti yang kita ketahui bahwa computer itu sangat banyak manfaatnya dalam membantu semua pekerjaan manusia, dari yang kecil atau yang paling kompleks menggunakan jasa komputer.

Tuesday, October 7, 2014

Makalah TEORI BELAJAR KOGNITIF VYGOTSKI dan TEORI HUMANISME

Makalah TEORI BELAJAR KOGNITIF VYGOTSKI dan TEORI HUMANISME

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sejauh ini kita sudah banyak mengenal teori-teori belajar yang di terapkan oleh beberapa ahli untuk mempermudah kita sebagai calon guru dalam menerapkan materi bahasan kita kepada calon murid kita kelak, dan diantara teori-teori belajar itu ada yang bernama TEORI BELAJAR KOGNITIF VYGOTSKI dan TEORI HUMANISME.Dan kedua teori belajar inilah yang akan kami coba bahas dalam makalah yang kami susun ini.
Teori belajar kognitif vygotski ini dikenalkan kepada dunia olehLev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan Rusia, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis.Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan kokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial secara aktif pula.
Sedangkan Teori Humasisme menurut (Sadulloh; 2008) adalah sebagai berikut “Peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi dan memfasilitasi pengalaman belajar, dengan , menerapkan strategi pembelajaran yang membuat peserta didik aktif, serta menyampaikan materinya pembelajaran yang sistematis”. Sesuai dengan definisi diatas jadi aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan setiap individu siswa atau siswi memahami materi pembelajaran untuk memperoleh informasi/pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama proses pembelajaran.dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah fasilitator.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Mempelajari Teori Belajar Kognitif Vygotsky
2.      Mempelajari kelemahan dan kelebihan Teori Belajar Kognitif Vygotsky
3.      Mempelajari Teori Humanisme
4.      Mempelajari kelemahan dan kelebihan Teori Humanisme

C.     TUJUAN PENYUSUNAN
1.      Untuk mengetahui Teori Belajar Kognitif Vygotsky
2.      Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan Teori Belajar Kognitif Vygotsky
3.      Untuk mengetahui Teori Humanisme
4.      Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan Teori Humanisme

D.    MANFAAT PENYUSUNAN
1.      Untuk mengetahui Teori Belajar Kognitif Vygotsky
2.      Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan Teori Belajar Kognitif Vygotsky
3.      Untuk mengetahui Teori Humanisme
4.      Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan Teori Humanisme









BAB II
PEMBAHASAN
A.    TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME VYGOTSKY
1.      Teori Belajar Kognitif Vygotsky
Menurut Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan Rusia, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis. Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan kokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial secara aktif pula.
Karya Vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama, yiatu : 
a.    intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui;
b.    interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; dan
c.    utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.

2.      Konsep-konsep Teori Konstruktivisme Sosial Vygotsky
a.       ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT
Vygotsky mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan proksimal (Zone Of Proximal Development), yiatu :
"the distance between the actual developmental level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance, or in collaboration with more capable peers " (Fauzi, 2009).
Menurutnya, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat yaitu, tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebayanya yang lebih berkompeten. Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal atau yang kita kenal dengan Zone of Proximal Development (ZPD). Konsep Vygotsky mengenai  ZPD dikemukakan oleh Yustiana (2002, Saomah, 2011).
Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada di dalam proses pematangan. Kemampuan-kemampuan ini akan menjadi matang apabila berinteraksi dengan orang dewasa atau berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih berkompeten.
Berpijak pada konsep zona proksimal, maka sebelum terjadi internalisasi atau sebelum kemampuan potensial terbentuk, anak perlu dibantu dalam proses belajarnya. Orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten  perlu membantu dengan berbagai cara seperti memberikan contoh, memberikan feedback, menarik kesimpulan, diskusi, dan sebagainya dalam rangka perkembangan kemampuannya.


b.      KONSEP SCAFFOLDING
Teori Scaffolding pertama kali diperkenalkan di akhir 1950-an oleh Jerome Bruner, seorang psikolog kognitif. Dia menggunakan istilah untuk menggambarkan anak-anak muda dalam akuisisi bahasa.  Anak-anak pertama kali mulai belajar berbicara melalui bantuan orang tua mereka, secara naluriah anak-anak telah memiliki struktur untuk belajar barbahasa. Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang dewasa dan anak-anak yang memungkinkan anak-anak untuk melaksanakan sesuatu di luar usaha mandiri-nya. Cazden menyatakan bahwa “scaffolding sebagai kerangka kerja sementara untuk aktivitas dalam penyelesaian” (Budiningsih, 2008).
Konstruksi scaffolding terjadi pada peserta didik yang tidak dapat mengartikulasikan atau menjelajahi belajar secara mandiri. Scaffolding dipersiapkan oleh pembelajar untuk tidak mengubah sifat atau tingkat kesulitan dari tugas, melainkan dengan scaffolding yang disediakan memungkinkan peserta didik untuk berhasil menyelesaikan tugas.
Istilah scaffolding digunakan pertama kali oleh Wood, dkk (Budiningsih, 2008), dengan pengertian “dukungan pembelajar kepada peserta didik untuk membantunya menyelesaikan proses belajar yang tidak dapat diselesaikannya sendiri”. Pengertian dari Wood ini sejalan dengan pengertian ZPD (Zone of Proximal Development) dari Vygotsky. Peserta didik yang banyak tergantung pada dukungan pembelajar untuk mendapatkan pemahaman berada di luar daerah ZPD-nya, sedang peserta didik yang bebas atau tidak tergantung dari dukungan pembelajar telah berada dalam daerah ZPD-nya.
Larkin (Cahyono, 2010) menyatakan bahwa scaffolding adalah salah satu prinsip pembelajaran yang efektif yang memungkinkan para pembelajar untuk mengakomodasikan kebutuhan peserta didik masing-masing.
Penulis sendiri mendefinisikan scaffolding sebagai bantuan yang besar kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan mengambil alih tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.

3.      Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
      Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
a.       Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b.      Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c.       Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
d.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
e.       Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f.       Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g.      mencari dan menilai pendapat siswa.
h.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

      Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
4.      Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme
            Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:
a.       Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
b.      Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
c.       Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan murid.
d.      Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.
e.       Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.
f.       Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
g.      Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
h.      Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.

5.      Implementasi  Konsep ZPD dan Scaffolding  dalam Pembelajaran Matematika
Berdasarkan teori Zone of Proximal Development dari Vygotsky serta teori scaffolding dari Bruner, proses perubahan dari tahapan perkembangan aktual ke perkembangan potensial bisa terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan individu lain yang mempunyai kemampuan lebih. Oleh karena itu, guru memegang peranan penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan pemahaman siswa sehingga siswa mampu mencapai perkembangan potensialnya. Ketika siswa telah mampu mencapai perkembangan potensialnya, maka siswa tersebut telah mampu berpikir matematika tingkat tinggi.
Setelah guru menyiapkan perencanaan pembelajaran dengan matang, selanjutnya guru mulai mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
a.    Kegiatan Awal
1)   Guru mengkondisikan siswa untuk siap memulai pembelajaran
2)   Guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi kepada siswa
3)   Mengajukan suatu konteks permasalahan
b.    Kegiatan Inti
1)   Setelah siswa memahami konteks permasalahan, kemudian siswa diberi lembar kegiatan
2)   Pada 15 menit pertama siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan jawaban secara individual. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menelaah permasalahan yang diajukan
3)   Kemudian ±25menit selanjutnya siswa diminta untuk menyelesaikan jawaban secara berkelompok heterogen (2-4 orang). Hal ini dimaksudkan agar anak dapat berinteraksi dan saling bertukar pemikiran. Secara tidak langsung dalam kegiatan ini intervensi dapat terjadi antara siswa dengan siswa lain di dalam satu kelompok. Disamping itu, guru juga dapat melakukan teknik scaffolding dengan tepat selama proses kegiatan.
4)   Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka
c.    Kegiatan Akhir
1)   Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
2)   Guru menutup pembelajaran
d.   Penilaian
Penilaian prestasi aspek kognitif dilakukan melalui pemberian pre tes dan pos tes yang harus dikerjakan oleh siswa pada awal tindakan dan akhir pelaksanaan tindakan. Penilaian prestasi belajar aspek afektif pada pembelajaran ini dapat dilihat dari kegiatan siswa ketika bekerja sama di dalam kelompok, keaktifan di dalam kelpmpok serta keberanian bertanya dan menjawab.

6.       Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Vygotsky
a.       Kelebihan
1)      Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
2)      Pembelajaran perlu lebih di kaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya.
3)      Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya.
4)      Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan procedural yang dapat digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah.
b.      Kekurangan
1)      Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.

B.     TEORI HUMANISME
1.      Pengertian Belajar Menurut Teori Humanisme
Aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan setiap individu siswa/i memahami materi pembelajaran untuk memperoleh informasi/pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama proses pembelajaran. Dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah fasilitator.
Peserta Didik Dalam pembelajaran yang humanis ditempatkan sebagai pusat (central) dalam aktifitas belajar. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian , peserta didik diharapkan mampu menemukan potensinya dan mengembangkan potensi tersebut secara memaksimal. Peserta didik bebas berekspresi cara-cara belajarnya sendiri. Peserta didik menjadi aktif dan tidak sekedar menerima informasi yang disampaikan oleh guru.
Peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi dan memfasilitasi pengalaman belajar, dengan , menerapkan strategi pembelajaran yang membuat peserta didik aktif, serta menyampaikan materinya pembelajaran yang sistematis (Sadulloh; 2008). Peran guru sebagai fasilitator adalah.
a.       Memberi perhatian pada penciptaan suasana awal pembelajaran,
b.      Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga meningkatkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan cara menerapakan metode pembalajaran yang bervariasi,
c.       Mengatur peserta didik agar bisa berkomunikasi secara langsung secara aktif dengan antar teman selama proses pembelajaran,
d.      Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang palin luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka,
e.       Menempatkan diri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan peserta didik baik secara individu maupun kelompok (guru dijadikan tempat untuk bertanya peserta didik tanpa peserta didik merasa takut),
f.       Menanggapi dengan baik ungkapan-ungkapan didalam kelompok kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual (tidak penuh dengan kritikan sehingga memotifasi peserta didik untuk mengekspresikan diri),
g.      Bersikap hangat dan berusaha memahami perasaan peserta didik ( berempati) dan meluruskan dianggap kurang relevan dengan cara yang santun,
h.      Dalam pembelajaran secara kelompok , dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok dan mencoba mengungkapkan perasaan serta pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik,
i.        Sebagai seorang manusia yang tidak selalu sempurna , guru mau mengenali, mengakui dan menerima keterbatasan-keterbatasan diri dengan cara mau dan senang hati menerima pandangan yang lebih baik dari peserta didik.

2.      Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori keperibadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar menterjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan praktis. Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan-manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainnya tujuan tersebut (Budiningsih, 2008).
Lebih lanjut Budiningsih (2008) mengatakan bahwa teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistik ini Masih sukar diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut. Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.

3.      Kelebihan Teori Humanisme
a.       Bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,analisis terhadapfenomenasocial.
b.      Siswa merasa senang,berinisiatif dalam belajar.
c.       Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa
d.      Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasanmengungkapkan gagasan.
e.       Keterlibatan  peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah.
f.       Kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunyamempunyai pandangan yang berbeda-beda.

4.      Kekurangan Teori Humanisme
a.       Bersifat individual.
b.      Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yangmendukung.
c.       Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
d.      Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.KelebihanDalam pembelajaran pada teori ini, siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampumencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.












BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan kokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang aktif pula. Ada 2 konsep penting dari teori Vygotsky yaitu, Zone Of Proximal Development dan konsep Scaffolding.
Teori Humanisme adalah teori yang memberikan kebebasan pada individu memahami materi pembelajaran untuk memperoleh informasi/pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama proses pembelajaran. Dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah fasilitator.
B.   SARAN
Proses pembelajaran yang diberikan oleh guru harus sesuai dengan tingkat perkembangan potensial siswa. Siswa seharusnya diberikan tugas yang dapat membantu mereka untuk mencapai tingkat perkembangan potensialnya.









DAFTAR PUSTAKA

Asri, Budiningsih. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Prof. Dr. H. Syamsu LN., M.Pd. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Rosdakarya.
Prof. Dr. Suyono., M.Pd. 2011.  Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Belajar. Bandung: Rosdakarya.


Makalah Karakeristik dan Perbedaan Individu

Makalah Karakeristik dan Perbedaan Individu

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang, sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia sebagai apa danya manusia dan dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai makhluk yang berpikir atau homo sapiens, makhluk yang berbuat atau homo faber, makhluk yang dapat didik atau homo educandum, dan seterusnya merupakan pandangan-pandangan tentang manusia tersebut. berbagai pandangan tersebut membuktikan bahwa, manusia adalah makhluk yang kompleks.
Kini bangsa Indonesia telah menganut suatu pandangan, bahwa yang dimaksud manusia secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan pengejawantahan manunggalnya berbagai ciri atau karakter hakiki atau sifat kodrat manusia yang seimbang antar berbagai segi, yaitu antara segi : (i) individu dan sosial, (ii) jasmani dan rohani, dan (iii) dunia dan akhirat.
Uraian tentang manusia berkaitan dengan kedudukannya sebagai peserta didik, haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidika, akan lebih ditekankan hakiki mansuia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan dengan menempatkan hidupnya di dunia sebagai persiapan kehidupannya di akhirat.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari individu?
2.      Bagaimanakah karakteristik individu?
3.      Apa sajakah perbedaan yang ada pada individu?
4.      Apa sajakah aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu?

C.     Tujuan Penyusunan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Menjelaskan definisi individu secara keseluruhan.
2.      Menjelaskan karakteristik masing-masing individu.
3.      Menjelaskan perbedaan yang ada pada individu.
4.      Menjelaskan aspek-aspek yang mempengaruh pertumbuhan dan perkembangan individu

D.    Manfaat Penyusunan Makalah
a.       Penyusun
Penyusun dapat berbagi ilmu, dan menambah wawasan kami tentang Karakteristik dan Perbedaan Individu serta pengertian-pengertiannya dan aplikasinya.
b.      Pembaca
Pembaca dapat meningkatkan wawasan  tentang Karakteristik dan Perbedaan Individu serta pengertian-pengertiannya dan aplikasinya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Individu dan Karakteristiknya
1.      Pengertian Individu
Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan dan oknum. Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang orang dewasa dan apakah ia berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut Individu. Individu menunjukkan kedudukan seorang sebagai orang-perorang atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang-perorang, berkaitan dengan perseorangan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilkinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Jadi anak dibantu oleh guru, orang tua dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
2.      Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki karakteristik bawaan (heredity) dan lingkungan (environment). Karakteristik bawaan merupakan karakter keturunan yang dibawa sejak lahir  baik yang berkaitan dengan faktor biologis maupun sosial psikologis. Kepribadian, perilaku, apa yang diperbuat, dipikirkan, dan dirasakan oleh seorang (individu) merupakan hasil dari perpaduan antara faktor biologis sebagaimana unsur bawaan dan pengaruh lingkungan.
Dikenali bahwa anak mulai masuk sekolah tidak tidak selalu sama umurnya. Mereka selalu menunjukkaan berbeda karakteristik pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya ke sekolah, pada akhirnya terbentuk pengaruh lingkungan dan hal lain yang mempunyai pengaruh penting terhadap keberhasilannyadi sekolah, selanjutnya bagi masa depan kehidupannya.
Sejak pembuahan (konsepsi ) kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan dipengaruhi oleh berbagai faktorlingkungan yang merangsang. Setiap rangsangan tersebut, baik secara terpisan atau terpadu dengan rangsangan yang lain semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya perilaku maanusia yang dibawa sejak lahir. Hal tersebut pada gilirannya membentuk suatu pola karakteristik perilaku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik beda dengan individu – individu lain.

B.     Perbedaan Individu
Dalam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu (i) semua diri manusia mempuyai unsur-unsur kesamaan didalam pola perkembangannya dan (ii) di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia-secara biologis dan sosial tiap-tiap individu mempunyai kecenderungana berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut.
Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Makna “perbedaan” dalam “perbedaan individual”  menurut Lindgreen (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Seorang ibu yang memiliki seorang bayi, bertutur bahwa bayinya banyak menangis, bergerak, dan kuat minum. Ibu lain yang juga memiliki seorang bayi, menceritakan bahwa bayinya  pendiam, banyak tidur, tetapi kuat minum. Cerita kedua ibu itu telah menunjukkan bhawa kedua bayi itu memiliki ciri dan sifat yang berbeda satu sama lainnya.
Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa yang berada di dalam sebuah kelas, tidak terdapt seorangpun yang sama. Kemungkinan ada dua orrang kelihatannya jika diamati benar-benar antara keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera dapat dikenal oleh guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya : seperti tinggi badan, bentuk badan, warna kulit, bentuk muka, dan semacamnya. Dari fisik, seorang guru cepat mengenal sisiwa di kelasnya satu persatu. Ciri lain yang segera dapat dikenal adalah tingkah laku masing-masing siswa, begitu pula suara mereka. Ada siswa yang lincah, banyak bergerak, pendiiam, dan sebagainya. Ada siswa yang nada suaranya kecil atau tinggi dan ada yang besar atau rendah, ada yang jika berbicara cepat dan dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri secara cermat siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat-sifat psikis yang berbeda-beda.
Bidang-bidang Perbedaan
Garey (Oxendine, 1984) mengkategorikan perbedaan individual kedalam bidang-bidang berikut:
1.      Perbedaan fisik: usia, tinggi dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2.      Perbedaan social termasuk status social ekonomi, agama hubungan keluarga dan suku.
3.      Perbedaan kepribadian: watak, motif, minat dan sikap.
4.      Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar.
5.      Perbedaan kecakapan atau kepandaian disekolah.
Perbedaan fisik bukan hanya terbatas pada cirri yang dapat di amati dengan panca indera kita, seperti tinggi badan, warna kulit, jenis kelamin, nada suara dan bau keringat, akan tetapi juga cirri lain yang dapat diketahui setelah diperoleh informasi atau di adakan pengukuran.  Usia, berat badan, kecepatan berlari, golongan darah, pendengaran, pengliahatan dan semacamnya  merupakan cirri-ciri yang tidak dapat diamati denga pengindraan.
Secara kodrati manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perassan dan kehendak. Sekalipun demikian potensi dasar yang dimilikinya itu tidaklah sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itu sikap, minat, kemampuan berfikir, watak, perilakunya, serta hasil belajar manusia berbeda-beda.
Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku mereka dirumah maupun disekolah. Gejala yang diamati adalah bahwa mereka menjadi lebih mampu dalam bidang seni atau bidang ekspresi lain, seperti olahraga dan keterampilan, sebagian lagi dapat lebih mampu dalam bidang kognitif atau yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
a.       Perbedaan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya. Setiap saat, bila diperlukan pengetahuan yang dimilikinya itu dapat direproduksi. Banyak atau sedikit, tepat atau kurang tepat pengetahuan itu dapat dimiliki dan dapat diproduksi kembali merupakan tingkat kemampuan kognitif seseorang.
Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara factor pembawaan dengan factor lingkungan (factor dasar dan factor ajar). Factor dasar yang berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif ini adalah bakat dan kecerdasan (intelegensi).  Intelegensi sangat berpengauruh pada kemampuan kognitif seseorang. Dikatakan bahwa kecerdasan dan nilai kemampuan kognitif berkorelasi tinggi dan positif, semakin tinggi nilai kecerdasan seseorang semakin tinggi kemampuan kognitifnya.
b.      Perbedaan kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupnnya. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang unntuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa tersenut sangat dipengaruhi oleh factor kecerdasan dan lingkungan. Factor-faktor lain yang juga penting antara lain adalah fisik, terutama organ bicara.

c.       Perbedaan kecakapan motorik
      Kecakapan motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syaraf motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut terjadi karena kerja syaraf yang sistematis. Alat indera menerima rangsanga, rangsangan tersebut diteruskan melalui syaraf sensoris ke syaraf pusat (otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh syaraf motorik uuntuk memberikan reaksi dalam bentuk gerakan-gerakan atau kegiatan. Dengan demikian ketetapan kerja syaraf akan menghasilkan suatu bentuk kegiatan tepat, dalam arti kesesuaian antara rangsangan dan responnya. Kerja ini akan menggambarkan tingkat kecakapan syaraf motorik.
d.      Perbedaan dalam Latar Belakang
Sekelompok individu dengan perbedaan latar belakang dan pengalaman dapat memperlancar atau sebaliknya menghambat prestasi belajar mereka. Misalnya, pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki anak dirumah mempengaruhi prestasinya dalam situasi belajar yang disajikan di sekolah.
Latar belakang individu dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar. Faktor dari dalam misalnya, kecerdasan, kemauan, bakat, minat, emosi, perhatian, kebiasaan bekerja sama, dan kesehatan yang mendukung belajar.  Anak-anak juga berbeda diapandang dari segi latar belakang budaya dan etnis. Motivasi untuk belajar berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Perbedaan latar belakang, yang mliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.

e.       Perbedaan dalam Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Bakat dapat juga diartikan sebagai kemampuan dasar yang menentukan sejauh mana keberhasilan seseorang untuk memperoleh keahlian atau pengetahuan tertentu bilamana seseorang diberi latihan-latihan tertentu. Misalnya seseorang yang mempunyai bakat numerical yang baik, bila diberi latihan-latihan akuntansi keuangan, akan mudah untuk menguasai masalah akuntansi, begitu pula sebaliknya.
Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau ketrampilan yang relatif bisa bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus juga disebut juga talent.
Perkembangan bakat dimiliki secara individual. Bakat akan berkembang dengan baik jika mendapat rangsangan atau kesempatan dan pemupukan secara tepat. Sebaliknya, bakat tidak dapat berkembang sama sekali manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang.
f.       Perbedaa dalam Kesiapan Belajar
Belajar adalah sebuah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang akan membuat suatu individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu (kognitif), dari tidak mau menjadi mau (afektif) dan dari tidak bisa menjadi bisa (psikomotorik), misalnya seseorang anak yang belajar mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa.
Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar. Sedangkan Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan belajarnya buruk. Perbedaan kesiapan individu tidak saja disebabkan oleh keragaman dalam rentang kematangan tetapi juga oleh keragaman dalam latar belakang sebelumnya.

C.     Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Individu
1.      Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik adalah perubahan fisik dari kecil atau pendek menjadi besar dan panjang yang prosesnya terjadi sejak sebelum lahir hingga dewasa. Berikut masa-masa pada pertumbuhan fisik.
2.      Perkembangan Intelektual
Intelektual atau pola pikir seseorang berkembang sejalan dengan pertumbuhan syaraf otaknya. Karena berpikir pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka kemampuan intelektual dipengaruhi oleh kematangan syaraf otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik. Perkembangan intelektual diawali dengan kemampuan mengenal dunia luar. Awalnya respon  terhadap rangsangan dari luar merupakan aktivitas reflektif, seiring dengan bertambahnya usia aktivitas tersebut berkurangterhadap setiap rangsangan dari luar dan selanjutnya mulai terkoordinasikan. Perkembangan berikutnya ditunjukkan pada perilakunya, yaitu tindakan memilih dan menolak sesuatu (proses analisis, evaluasi, membuat kesimpulan dan diakhiri dengan pembuatan keputusan.
3.      Bakat Khusus
Bakat adalah kemampuan khusus yang dimiliki oleh setiap individu yang memerlukan rangsangan atau latihan agar berkembang dengan baik. Seseorang yang memiliki bakat akan mudah diamati karena kemampuan yang dimilikinya berkembang dengan pesat. Sedangkan menurut Guilford, bakat mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual. Ketiga dimensi tersebut mengilustrasikan bahwa bakat mencakup kemampuan dalam penginderaan, ketepatan dan kecakapan menangkap makna, kecepatan dan ketepatan bertindak, serta kemampuan berfikir intelegen. Atas dasar bakat yang dimilikinya seorang individu akan mampu menunjukkan kelebihan dalam bertindak dan menguasai serta memecahkan masalah dibandingkan dengan orang lain. Bakat khusus merupakan salah satu kemampuan untuk bidang tertentu seperti bidang seni, olahraga, atau keterampilan.
4.      Sosial
Manusia adalah makluk social. Manusia tidak mampu hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain. Sejak lahir manusia yang belum mengenal orang-orang di sekitarnya, berangsur- angsur mulai berkembang untuk mengenal dunia luar, meresponnya dan akhirnya saling kenal mengenal saling membantu satu sama lain.
5.      Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang bias berupa tanda, gerak, suarayang berguna untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Kemampuan berbahasa seseorang mulai ada dan berkembang sejak ia dilahirkan. Kemampuan itu mulai tampak dengan adanya ungkapan-ungkapan sederhana yang berupa tangisan yang menggambarkan rasa sedih dan kecewa, sennyum sebagai ungkapan rasa senang dan ekspresi-ekspresi lainnya yang terlihat pada masa bayi. Kemampuan berbahasa itu berangsur-angsur mulai berkembang seiring dengan bertambahnya usia hingga ungkapan itu dapat dimengerti dan bias berkomunikasi dengan orang lain.
6.      Sikap, nilai dan moral
      Dalam perjalanan hidup seorang manusia, pembelajaran terhadap nilai, moral, dan sikap tidak serta merta muncul sejak lahir. Hal itu disebabkan karena pada masa itu belum ada kemampuan untuk berinteraksi dan mengenal dunia luar. Seiring dengan perkembangan usia, mereka mulai berinteraksi dengan dunia luar. Dalm hal ini khususnya orang tua yang memegang peranan penting dalam upaya penanaman nilai, sikap dan moral pada diri anak. Walaupun pada masa ini upaya ini masih berupa paksaan saja, dalam artian anak masih belum mengerti akan maknanya, anak lama klelamaan akan terbiasa dan pada akhirnya dapat terbawa dalam jiwa mereka saat mereka dewasa kelak.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manusia merupakan kesatuan dari makhluk individu dan sosial, kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan. Artinya manusia merupakan kesatuan individu yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Setiap individu memiliki karakteristik bawaan (heredity) dan lingkungan (environment). Karakteristik bawaan merupakan karakter keturunan yang dibawa sejak lahir  baik yang berkaitan dengan faktor biologis maupun sosial psikologis. Kepribadian, perilaku, apa yang diperbuat, dipikirkan, dan dirasakan oleh seorang (individu) merupakan hasil dari perpaduan antara faktor biologis sebagaimana unsur bawaan dan pengaruh lingkungan.
Pembahasan tentang aspek-aspek perkembangan individu dikenali ada dua hal yang menonjol, yaitu : umumnya manusia mempunyai unsur kesamaan dalam pola perkembangannya dan pola yang bersifat umum  itu manusia cenderung berbeda fisik dan nonfisik. Disini dibahas perbedaan individu dalam hal perbedaan kognitif, perbedan dalam kecakapan bahasa, perbedaan dalam kecakapan motorik, perbedaan dalan latar belakang, perbedaan dalam bakat, dan perbedaan dalam kesiapan belajar.
Aspek yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu adalah pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual, bakat khusus, sosial, bahasa, sikap, nilai dan moral.
B.     Saran
1.      Sebaiknya konsep yang telah diketahui oleh seorang calon tenaga pengajar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya dan dijadikan pembelajaran yang akan diterapkan oleh calon pengajar.
2.      Untuk menambah wawasan pembaca dapat melihat reverensi yang lain


Daftar Pustaka
Black, Blog.2013.Karakteristik dan Perbedaan Individu.[Online]. Tersedia:
           http://konsepblackbook.blogspot.com.[26 September 2014]
Cahyono, Didik.2013.Karakteristik dan Perbedaan Individu.[Online]. Tersedia:
           http://areknerut.wordpress.com.[26 September 2014]
Jaya, Aisyah. 2013.Pengertian Individu dan Karakteristiknya.[Online].Tersedia:
          http://macam-macammetodepembelajaran.blogspot.com