Tuesday, October 7, 2014

Makalah TEORI BELAJAR KOGNITIF VYGOTSKI dan TEORI HUMANISME


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sejauh ini kita sudah banyak mengenal teori-teori belajar yang di terapkan oleh beberapa ahli untuk mempermudah kita sebagai calon guru dalam menerapkan materi bahasan kita kepada calon murid kita kelak, dan diantara teori-teori belajar itu ada yang bernama TEORI BELAJAR KOGNITIF VYGOTSKI dan TEORI HUMANISME.Dan kedua teori belajar inilah yang akan kami coba bahas dalam makalah yang kami susun ini.
Teori belajar kognitif vygotski ini dikenalkan kepada dunia olehLev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan Rusia, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis.Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan kokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial secara aktif pula.
Sedangkan Teori Humasisme menurut (Sadulloh; 2008) adalah sebagai berikut “Peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi dan memfasilitasi pengalaman belajar, dengan , menerapkan strategi pembelajaran yang membuat peserta didik aktif, serta menyampaikan materinya pembelajaran yang sistematis”. Sesuai dengan definisi diatas jadi aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan setiap individu siswa atau siswi memahami materi pembelajaran untuk memperoleh informasi/pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama proses pembelajaran.dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah fasilitator.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Mempelajari Teori Belajar Kognitif Vygotsky
2.      Mempelajari kelemahan dan kelebihan Teori Belajar Kognitif Vygotsky
3.      Mempelajari Teori Humanisme
4.      Mempelajari kelemahan dan kelebihan Teori Humanisme

C.     TUJUAN PENYUSUNAN
1.      Untuk mengetahui Teori Belajar Kognitif Vygotsky
2.      Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan Teori Belajar Kognitif Vygotsky
3.      Untuk mengetahui Teori Humanisme
4.      Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan Teori Humanisme

D.    MANFAAT PENYUSUNAN
1.      Untuk mengetahui Teori Belajar Kognitif Vygotsky
2.      Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan Teori Belajar Kognitif Vygotsky
3.      Untuk mengetahui Teori Humanisme
4.      Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan Teori Humanisme









BAB II
PEMBAHASAN
A.    TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME VYGOTSKY
1.      Teori Belajar Kognitif Vygotsky
Menurut Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan Rusia, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis. Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan kokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial secara aktif pula.
Karya Vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama, yiatu : 
a.    intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui;
b.    interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; dan
c.    utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.

2.      Konsep-konsep Teori Konstruktivisme Sosial Vygotsky
a.       ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT
Vygotsky mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan proksimal (Zone Of Proximal Development), yiatu :
"the distance between the actual developmental level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance, or in collaboration with more capable peers " (Fauzi, 2009).
Menurutnya, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat yaitu, tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebayanya yang lebih berkompeten. Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal atau yang kita kenal dengan Zone of Proximal Development (ZPD). Konsep Vygotsky mengenai  ZPD dikemukakan oleh Yustiana (2002, Saomah, 2011).
Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada di dalam proses pematangan. Kemampuan-kemampuan ini akan menjadi matang apabila berinteraksi dengan orang dewasa atau berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih berkompeten.
Berpijak pada konsep zona proksimal, maka sebelum terjadi internalisasi atau sebelum kemampuan potensial terbentuk, anak perlu dibantu dalam proses belajarnya. Orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten  perlu membantu dengan berbagai cara seperti memberikan contoh, memberikan feedback, menarik kesimpulan, diskusi, dan sebagainya dalam rangka perkembangan kemampuannya.


b.      KONSEP SCAFFOLDING
Teori Scaffolding pertama kali diperkenalkan di akhir 1950-an oleh Jerome Bruner, seorang psikolog kognitif. Dia menggunakan istilah untuk menggambarkan anak-anak muda dalam akuisisi bahasa.  Anak-anak pertama kali mulai belajar berbicara melalui bantuan orang tua mereka, secara naluriah anak-anak telah memiliki struktur untuk belajar barbahasa. Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang dewasa dan anak-anak yang memungkinkan anak-anak untuk melaksanakan sesuatu di luar usaha mandiri-nya. Cazden menyatakan bahwa “scaffolding sebagai kerangka kerja sementara untuk aktivitas dalam penyelesaian” (Budiningsih, 2008).
Konstruksi scaffolding terjadi pada peserta didik yang tidak dapat mengartikulasikan atau menjelajahi belajar secara mandiri. Scaffolding dipersiapkan oleh pembelajar untuk tidak mengubah sifat atau tingkat kesulitan dari tugas, melainkan dengan scaffolding yang disediakan memungkinkan peserta didik untuk berhasil menyelesaikan tugas.
Istilah scaffolding digunakan pertama kali oleh Wood, dkk (Budiningsih, 2008), dengan pengertian “dukungan pembelajar kepada peserta didik untuk membantunya menyelesaikan proses belajar yang tidak dapat diselesaikannya sendiri”. Pengertian dari Wood ini sejalan dengan pengertian ZPD (Zone of Proximal Development) dari Vygotsky. Peserta didik yang banyak tergantung pada dukungan pembelajar untuk mendapatkan pemahaman berada di luar daerah ZPD-nya, sedang peserta didik yang bebas atau tidak tergantung dari dukungan pembelajar telah berada dalam daerah ZPD-nya.
Larkin (Cahyono, 2010) menyatakan bahwa scaffolding adalah salah satu prinsip pembelajaran yang efektif yang memungkinkan para pembelajar untuk mengakomodasikan kebutuhan peserta didik masing-masing.
Penulis sendiri mendefinisikan scaffolding sebagai bantuan yang besar kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan mengambil alih tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.

3.      Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
      Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
a.       Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b.      Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c.       Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
d.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
e.       Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f.       Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g.      mencari dan menilai pendapat siswa.
h.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

      Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
4.      Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme
            Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:
a.       Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
b.      Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
c.       Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan murid.
d.      Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.
e.       Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.
f.       Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
g.      Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
h.      Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.

5.      Implementasi  Konsep ZPD dan Scaffolding  dalam Pembelajaran Matematika
Berdasarkan teori Zone of Proximal Development dari Vygotsky serta teori scaffolding dari Bruner, proses perubahan dari tahapan perkembangan aktual ke perkembangan potensial bisa terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan individu lain yang mempunyai kemampuan lebih. Oleh karena itu, guru memegang peranan penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan pemahaman siswa sehingga siswa mampu mencapai perkembangan potensialnya. Ketika siswa telah mampu mencapai perkembangan potensialnya, maka siswa tersebut telah mampu berpikir matematika tingkat tinggi.
Setelah guru menyiapkan perencanaan pembelajaran dengan matang, selanjutnya guru mulai mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
a.    Kegiatan Awal
1)   Guru mengkondisikan siswa untuk siap memulai pembelajaran
2)   Guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi kepada siswa
3)   Mengajukan suatu konteks permasalahan
b.    Kegiatan Inti
1)   Setelah siswa memahami konteks permasalahan, kemudian siswa diberi lembar kegiatan
2)   Pada 15 menit pertama siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan jawaban secara individual. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menelaah permasalahan yang diajukan
3)   Kemudian ±25menit selanjutnya siswa diminta untuk menyelesaikan jawaban secara berkelompok heterogen (2-4 orang). Hal ini dimaksudkan agar anak dapat berinteraksi dan saling bertukar pemikiran. Secara tidak langsung dalam kegiatan ini intervensi dapat terjadi antara siswa dengan siswa lain di dalam satu kelompok. Disamping itu, guru juga dapat melakukan teknik scaffolding dengan tepat selama proses kegiatan.
4)   Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka
c.    Kegiatan Akhir
1)   Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
2)   Guru menutup pembelajaran
d.   Penilaian
Penilaian prestasi aspek kognitif dilakukan melalui pemberian pre tes dan pos tes yang harus dikerjakan oleh siswa pada awal tindakan dan akhir pelaksanaan tindakan. Penilaian prestasi belajar aspek afektif pada pembelajaran ini dapat dilihat dari kegiatan siswa ketika bekerja sama di dalam kelompok, keaktifan di dalam kelpmpok serta keberanian bertanya dan menjawab.

6.       Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Vygotsky
a.       Kelebihan
1)      Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
2)      Pembelajaran perlu lebih di kaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya.
3)      Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya.
4)      Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan procedural yang dapat digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah.
b.      Kekurangan
1)      Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.

B.     TEORI HUMANISME
1.      Pengertian Belajar Menurut Teori Humanisme
Aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan setiap individu siswa/i memahami materi pembelajaran untuk memperoleh informasi/pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama proses pembelajaran. Dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah fasilitator.
Peserta Didik Dalam pembelajaran yang humanis ditempatkan sebagai pusat (central) dalam aktifitas belajar. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian , peserta didik diharapkan mampu menemukan potensinya dan mengembangkan potensi tersebut secara memaksimal. Peserta didik bebas berekspresi cara-cara belajarnya sendiri. Peserta didik menjadi aktif dan tidak sekedar menerima informasi yang disampaikan oleh guru.
Peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi dan memfasilitasi pengalaman belajar, dengan , menerapkan strategi pembelajaran yang membuat peserta didik aktif, serta menyampaikan materinya pembelajaran yang sistematis (Sadulloh; 2008). Peran guru sebagai fasilitator adalah.
a.       Memberi perhatian pada penciptaan suasana awal pembelajaran,
b.      Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga meningkatkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan cara menerapakan metode pembalajaran yang bervariasi,
c.       Mengatur peserta didik agar bisa berkomunikasi secara langsung secara aktif dengan antar teman selama proses pembelajaran,
d.      Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang palin luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka,
e.       Menempatkan diri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan peserta didik baik secara individu maupun kelompok (guru dijadikan tempat untuk bertanya peserta didik tanpa peserta didik merasa takut),
f.       Menanggapi dengan baik ungkapan-ungkapan didalam kelompok kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual (tidak penuh dengan kritikan sehingga memotifasi peserta didik untuk mengekspresikan diri),
g.      Bersikap hangat dan berusaha memahami perasaan peserta didik ( berempati) dan meluruskan dianggap kurang relevan dengan cara yang santun,
h.      Dalam pembelajaran secara kelompok , dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok dan mencoba mengungkapkan perasaan serta pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik,
i.        Sebagai seorang manusia yang tidak selalu sempurna , guru mau mengenali, mengakui dan menerima keterbatasan-keterbatasan diri dengan cara mau dan senang hati menerima pandangan yang lebih baik dari peserta didik.

2.      Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori keperibadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar menterjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan praktis. Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan-manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainnya tujuan tersebut (Budiningsih, 2008).
Lebih lanjut Budiningsih (2008) mengatakan bahwa teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistik ini Masih sukar diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut. Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.

3.      Kelebihan Teori Humanisme
a.       Bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,analisis terhadapfenomenasocial.
b.      Siswa merasa senang,berinisiatif dalam belajar.
c.       Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa
d.      Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasanmengungkapkan gagasan.
e.       Keterlibatan  peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah.
f.       Kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunyamempunyai pandangan yang berbeda-beda.

4.      Kekurangan Teori Humanisme
a.       Bersifat individual.
b.      Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yangmendukung.
c.       Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
d.      Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.KelebihanDalam pembelajaran pada teori ini, siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampumencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.












BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan kokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang aktif pula. Ada 2 konsep penting dari teori Vygotsky yaitu, Zone Of Proximal Development dan konsep Scaffolding.
Teori Humanisme adalah teori yang memberikan kebebasan pada individu memahami materi pembelajaran untuk memperoleh informasi/pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama proses pembelajaran. Dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah fasilitator.
B.   SARAN
Proses pembelajaran yang diberikan oleh guru harus sesuai dengan tingkat perkembangan potensial siswa. Siswa seharusnya diberikan tugas yang dapat membantu mereka untuk mencapai tingkat perkembangan potensialnya.









DAFTAR PUSTAKA

Asri, Budiningsih. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Prof. Dr. H. Syamsu LN., M.Pd. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Rosdakarya.
Prof. Dr. Suyono., M.Pd. 2011.  Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Belajar. Bandung: Rosdakarya.


Previous Post
Next Post

Seorang lulusan sarjana pendidikan yang sekarang menjadi pengajar di salah satu satuan pendidikan dan seorang guru les di salah satu instansi. Serta sekarang mulai mejadi blogger.

0 Comments: