BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama yang
sempurna yang tentunya sudah memiliki aturan dan hukum yang harus dipatuhi dan
dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan hukum memiliki
sumber-sumbernya sendiri sebagai pedoman dan pelaksananya.
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang lebih baik, sejahtera lahir dan
batin.
Petunjuk-petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat dalam sumber
ajarannya, yaitu Al-Qur’an yang merupakan sumber ajaran Islam pertama, tampak
ideal dan agung. Ditambah lagi dengan berbagai pemikiran-pemikiran ulama’
tentang hukum-hukum yang masih global di pembahasan Al-Qur’an, Al-Qur’an adalah
kitab suci yang isinya mengandung firman-firman Allah SWT turun secara bertahap
kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril. Sunnah adalah segala
sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW baik perbuatan, perkataan, dan
penetapan pengakuan. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif,
menghargai akal pikiran mengenai berbagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual,
senantiasa mengembangkan, kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap
terbuka, demokratis, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan,
menghormati antar agama, berakhlak mulia, dan bersikap positif lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah Pengertian Al-Qur’an ?
1.2.2
Apa Saja Nama-Nama Lain dari Al-Qur’an
dan Nama-nama Suratnya ?
1.2.3
Bagaimana Kedudukan Al-Qur’an ?
1.2.4
Apa Saja Fungsi dari Al-Qur’an ?
1.2.5
Bagaimana Kodifikasi Al-Qur’an ?
1.2.6
Apa Saja Isi Yang Terkandung dalam
Al-Qur’an ?
1.2.7
Apa Otoritas Al-Qur’an Sebagai Wahyu ?
1.3 Ruang Lingkup
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Al-Qur’an
sebagai sumber ajaran Islam dan kitab suci yang berisi wahyu ilahi, serta
hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an yang berupa pengertian, nama,
kedudukan, fungsi, kandungan dan otoritas Al-Qur’an sebagai wahyu.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.4.1 Tujuan
Penulisan
a. Mengetahui
Apa Pengertian Dari Al-Qur’an.
b. Mengetahui
Apa Nama-nama Lain dari Al-Qur’an.
c. Mengetahui
Bagaimana Kedudukan Al-Qur’an.
d. Mengetahui
Apa Saja Fungsi dari Al-Qur’an.
e. Mengetahui
Bagaimana Kodifikasi Al-Qur’an.
f. Mengetahui
Isi yang Terkandung dalam Al-Qur’an.
g. Mengetahui
Apa Otoritas Al-Qur’an sebagai Wahyu.
1.4.2 Manfaat
Penulisan
Adapun
manfaat dari penulisan ini yaitu:
1. Untuk
memenuhi tugas makalah Pendidikan Agama Islam.
2. Untuk
mengetahui Al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam dan kitab suci yang berisi
wahyu ilahi.
1.5
Sistematika Penulisan
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB
II LANDASAN TEORI
2.1 Ajaran Agama Islam
2.2 Pengertian Islam
2.3 Ajaran Islam
2.4 Pengertian Al-Qur’an
2.5 Pengertian Wahyu
2.2 Pengertian Islam
2.3 Ajaran Islam
2.4 Pengertian Al-Qur’an
2.5 Pengertian Wahyu
BAB
III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Al-Qur’an
3.2 Nama-nama Al-Qur’an
3.3 Kedudukan Al-Qur’an
3.4 Fungsi Al-Qur’an
3.5 Kodifikasi Al-Qur’an
3.6 Kandungan Al-Qur’an
3.7 Otoritas Al-Qur’an sebagai Wahyu
3.1 Pengertian Al-Qur’an
3.2 Nama-nama Al-Qur’an
3.3 Kedudukan Al-Qur’an
3.4 Fungsi Al-Qur’an
3.5 Kodifikasi Al-Qur’an
3.6 Kandungan Al-Qur’an
3.7 Otoritas Al-Qur’an sebagai Wahyu
BAB
IV KESIMPULAN
4.1 Simpulan
4.2 Rekomendasi
4.1 Simpulan
4.2 Rekomendasi
BAB
II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
2.1 Ajaran Agama Islam
Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu
Allah. Pada dasarnya sistematika dan pengelompokkan ajaran Islam secara garis
besar adalah aqidah, syariah dan akhlak. Ajaran Islam dituliskan di dalam Al-Qur’an
dan hadis. Pokok Ajaran Islam sebagaimana yang telah diketahui bahwa ajaran
Islam ini adalah ajaran yang paling sempurna, karena memang semuanya ada dalam
Islam. Meskipun begitu luasnya petunjuk Islam, pada dasarnya pokok ajarannya
hanyalah kembali pada tiga hal yaitu tauhid, taat dan baro’ah/berlepas diri.
Inilah inti ajaran para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah kepada umat
manusiaPemaknaan konsep ajaran Islam dilakukan dengan tiga pokok yaitu :
berserah diri kepada Allah dengan merealisasikan tauhid, tunduk dan patuh
kepada Allah dengan sepenuh ketaatan, memusuhi dan membenci syirik dan
pelakunya. Untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, Islam harus
dihayati dan diamalkan secara kaffah (utuh), tidak sepotong-potong atau
sebagian. Islam mempunyai karakter sebagai agama yang penuh kemudahan yang
termanifestasi secara total dalam setiap syari’atnya.
2.2 Pengertian Islam
Dalam bahasa Arab,
Islām, al-islām, الإسلام berarti “berserah diri” dan merupakan suatu ”Dīn” yang
berarti “aturan” atau “sistem” (QS Al-Maidah:83). Secara etimologis, Islam
diturunkan dari akar yang sama dengan kata salām yang berarti “damai”, “salima”
yang berarti “selamat sentausa” atau ”aslama-yuslimu-islaman” yang berarti
menciptakan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan hidup dan kepasrahan kepada
Allah.
2.3 Ajaran Islam
Islam adalah agama yang
mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama Islam dapat dijelaskan sesuai hadist
riwayat Muslim dibawah ini :
Dari Umar ra. juga dia
berkata : “Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah s.a.w suatu hari tiba-tiba
datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut
sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada
seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan
Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada lututnya (Rasulullah s.a.w) seraya
berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah
Rasulullah s.a.w, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilahi (tuhan
yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika
mampu“, kemudian dia berkata, “anda benar“.
Kami semua heran, dia
yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi,
“Beritahukan aku tentang Iman?“ Lalu beliau bersabda, “Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia
berkata, “anda benar“. Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukan aku tentang
ihsan ?“. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”. Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya
“. Dia berkata, “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda,
“Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang
bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku
berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah s.a.w) bertanya, “Tahukah engkau
siapa yang bertanya ?”. aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“.
Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud)
mengajarkan agama kalian“. (HR. Muslim).
Hadits ini menerangkan
pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan serta memperhatikan isi
Al Qur’an secara keseluruhan maka dapat dikembangkan bahwa pada dasarnya
sistematika dan pengelompokkan ajaran Islam secara garis besar adalah aqidah,
syariah dan akhlak. Ditinjau dari ajarannya, Islam mengatur berbagai aspek
kehidupan pada manusia yang meliputi :
1. Hubungan
manusia dengan Allah (Hablum Minallah).
Sesuai firman yang
berbunyi : ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku”. (QS.51: 56)
2. Hubungan
Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas).
Sesuai firman yang
berbunyi :
”Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan permusuhan”. (QS.5:2).
3. Hubungan
manusia dengan makhluk lainnya/ lingkungan.
Sesuai firman yang
berbunyi : ”Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmuran”. (QS.11:61)
Vera Micheles Dean
dalam bukunya ”The Nature of The Non Western World”, sebagaimana dikutip
Humaidi Tata Pangarsa; bahwa Islam meliputi empat unsur yaitu :
1. Islam is religion.
2. Islam is political system.
3. Islam is way of live.
4. Islam is interpretation of history.
2.4 Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah nama bagi kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai
petunjuk hidup ( hidayah ) bagi seluruh umat manusia. Al-Qur’an diwahyukan olah
Allah kepada Nabi Muhammad setelah beliau genap berumur 40 tahun. Al-Qur’an
diturunkan kepada beliau secara berangsur - angsur selama 23 tahun. Turunya
Al-Qur’an kepada beliau tidak menentu dari segi waktu dan keadaan. Kadangkala
pada waktu musim panas dan adakalanya di musim dingin. Kadangkala malam hari tetapi
sering pula turun di siang hari. Kadangkala dalam bepergian tetapi sering pula
turun pada saat beliau tidak dalam bepergian. Semuanya itu Allah yang
mengaturnya, bukan kehendak Rasulullah.
Al-Qur’an adalah kalimat Allah yang sudah sempurna benar dan adil
isinya. Tidaklah ada yang mengubah kalimat-kalimat Allah tersebut. Al-qur’an
itu tidak lain hanyalah petunjuk semesta alam.
Menurut kebanyakan
kitab ulumul Qur’an sebagai berikut:
Al-qur’an adalah firman
Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW untuk mengalahkan musuh
dengan satu surah darinya, dan menerangkan akidah-akidah dan hukum-hukum.
Prof. Dr. M. Quraish
Shihab, mengungkapkan falsafah dasar iqra sebagai surah pertama kali turun pada
Nabi Muhammad Saw., menyimpulkan bahwa iqra (perintah membaca yang berakar kata
qara’a diartikan membaca, menelaah, meneliti, menghimpun dan menyampaikan baik
teks tertulis maupun ayat-ayat tidak tertulis). Jadi perintah membaca dalam
konteks surah al-alaq ayat 1-5 adalah
peintah menelaah ayat Al-Qur’an, alam raya, diri sendiri, masyarakat, majalah,
Koran dan buku-buku lainya. Pengertian membaca menurut versi ini tentu sangat
luas, tidak mengenal batasnya, baik menyangkut bacaan bersumber dari Allah (QS
Al-Isra’[17]: 45) maupun bacaan bersumber dari produk manusia (QS Al-Isra’[17]:
14).
Secara istilahi (istilah) Al-Qur’an
didefinisikan dalam ragam pandangan yang dilatarbelakangi oleh bidang ilmu
masing-masing. Ada dua kelompok besar yang ahli dalam Al-Qur’an tetapi
mempunyai perspektif ilmu yang berbeda, yaitu Ahli Kalam (mutakalim) dan Ahli Fikih (fuqaha).
Menurut sebagian besar ahli kalam, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bersifat qadim bukan makhluk, dan bersih dari
sifat-sifat yang baru lafal-lafalnya bersifat azali yang berkesinambungan tanpa
terputus-putus. Namun ada sebagian kecil ahli kalam yang mengatakan Al-Qur’an
bersifat hadis (baru) dan makhluk.
Perbedaan ini terletak pada sudut pandang hakikat Al-Qur’an yang dimaksud.
Al-Qur’an dikatakan baru jika yang dimaksud adalah wujud fisik seperti yang
tertulis berulang-ulang oleh manusia melalui suatu penerbitan. Sementara jika
yang dimaksud adalah Al-Qur’an sebagai wahyu Allah di lauh mahfuz atau hakikat
bacaanya itu sendiri, maka Al-Qur’an tetap qadim.
Menurut ahli fiqih,
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada
nabi Muhammad SAW. Yang ditulis dalam bentuk mushaf berdasarkan penukilan
secara mutawatir dan dianggap ibadah bagi yang membacanya. Definisi ahli fiqih
ini yang disambut lebih positif oleh kaum muslimin termasuk di Indonesia.
Definisi ahli fiqih ini bagi kaum muslimin tidak mengandung pertentangan
interpretasi.
Abdul Halim Mahmud,
mempertegas eksistensi Al-Qur’an dengan mendefinisikan Al-Qur’an sebagai firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan memperkenalkan dirinya
dengan berbagai ciri dan sifat sebagai kitab yang keontetikannya selalu dijamin
oleh Allah, sehingga para orientalis (orang barat yang mengkaji islam)pun tidak
ada celah untuk meragukan keotentikan tersebut. Kalaupun ada orientalis yang
meragukan, sebenarnya karena hanya ingin merusak ajaran Al-Qur’an dan membius
umat islam agar ikut meragukannya. Sebab, jika dikaji secarajujur, alasan
meragukan mereka, malah tujuan orientalis tersebut sangat subjektif,
mengada-ada. Misalnya, Christhop Luxenberg menyangkal keaslian Al-Qur’an
berbahasa arab, teks asli Al-Qur’an telah dimusnahkan oleh Khalifah Usman bin
Affan, salinan Al-Qur’an banyak disalah artikan.
Menurut Al-Qur’an
sendiri, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Melalui malaikat jibril dengan lafal dan maknanya, (QS. Asy-Syu’ara[26]:
192-195). Lafal Al-Qur’an dalam bahasa arab sudah jelas dan maknanya sesuai
dengan watak bahasa arab itu sendiri. Namun demikian, Al-Qur’an tetap maknanya
dapat dipahami dalam berbagai bahasa manusia. Oleh karena itu, Al-Qur’an tetap
konsisten dengan peranannya sebagai hudan
(petunjuk) bagi manusia. Dalam ayat lain ditegaskan bahwa Al-Qur’an
sesungguhnya tanggungan Allah mengumpulkan dalam dada Nabi dan membacakannya,
(QS. AL-Qiyamah [75]:16-18). Dengan demikian, Al-Qur’an mutlak bersumber dari
Allah dan isinya benar sebagai petunjuk bagi manusia.
2.5
Pengertian Wahyu
Setelah kita memahami
Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang tertulis, sekarang pemahaman kita dapat
ditarik ke tatanan yang lebih abstrak yaitu apa yang dimaksud dengan wahyu itu
sendiri. Di sini ada beberapa pendapat pakar agama, kemudian akan mengkaji
ulang petunjuk-petunjuk dari Al-Qur’an itu sendiri. Setelah dipahami konsep
operasional. Dalam konsep operasional, akan dipetakan konsep wahyu secara
keseluruhan, sehingga kita dapat menilai bagian-bagian mana wahyu yang menjadi
Al-Qur’an.
M. Hasbi Ash-Shiddieqy
mengutip berbagai pendapat pakar tentang wahyu mengatakan bahwa wahyu menurut
bahasa adalah isyarat yang cepat atau segala yang kita sebut kepada orang lain
untuk diketahui. Isyarat cepat dapat saja datang dari Allah atau datang dari
selain Allah termasuk iblis. Sedangkan menurut istilah, wahyu adalah nama bagi sesuatu
yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada Nabi-nabi-Nya,
sebagiamana dipergunakan juga untuk lafazh Al-Qur’an. Menurut versi ini, wahyu
itu khusus dari Allah yang dihujamkan dalam dada Nabi-nabi Allah, termasuk Nabi
sebelum Nabi Muhammad Saw.
Selanjutnya, M. Hasbi
Ash-Shiddieqy mengutip kitab Al-Masyariq
bahwa wahyu pada asalnya: “ Sesuatu yang diberitahukan dalam keadaan
tersembunyi dan cepat. Wahyu Allah kepada Nabi-nabi-Nya ialah
pengetahuan-pengetahuan yang Allah tuangkan ke dalam jiwa Nabi agar mereka
sampaikan kepada manusia untuk menujuki mereka dan memperbaiki di dunia serta
membahagiakan mereka di akhirat. Nabi, sesudah menerima wahyu itu, mempunyai
kepercayaan yang penuh bahwa yang yang diterimanya adalah dari Allah Swt.
Muhammad Abduh, seorang
pakar ilmu tauhid mengatakan bahwa wahyu adalah suatu irfan (pengetahuan) yang didapat oleh seorang di dalam dirinya
serta diyakini olehnya bahwa yang demikian itu datang dari Allah. Dalam versi
ini, wahyu tidak terbatas hanya untuk Nabi, tetapi sebagaimana menurut Rasyid
Ridha, wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi-Nya ialah suatu ilmu yang
dikhususkan untuk mereka pelajari. Pengetahuan halus yag timbul dengan
sendirinya , dituangkan dalam jiwa oleh Allah. Dengan demikian, wahyu untuk
Nabi jelas berbeda dengan wahyu untuk selain Nabi.
Menurut petunjuk
Al-Qur’an sendiri, istilah wahyu sendiri memiliki pengertian yang berbeda-beda
jika dikaitkan dengan pemahaman bahasa manusia. Paling tidak, ada enam surah
yang sekaligus menjadi enam pemahaman pengertian wahyu berdasarkan Al-Qur’an
sendiri, yaitu:
a) Wahyu
diartikan isyarat, (QS. Maryam [19]:
11). Wahyu dalam bentuk isyarat ini dihujamkan kepada Nabi Zakaria.
b) Wahyu
diartikan ilham, (QS. Al-Qashash
[28]: 7). Wahyu dalam bentuk ilham ini dihujamkan kepada ibu Musa. Artinya
wahyu yang diturunkan kepada manusia.
c) Wahyu
diartikan ilham, (QS. An-Nahl [16]:
68). Wahyu dalam bentuk ilham ini diturunkan kepada lebah. Artinya wahyu
berlaku untuk binatang.
d) Wahyu
diartikan perintah, (QS. Al-Maidah
[5]: 111). Wahyu dalam bentuk perintah dihujamkan kepada kaum Hawariyyin
(pengikut Nabi Musa). Artinya wahyu yang diturunkan kepada manusia biasa.
e) Wahyu
diartikan bisikan, (QS. Al-An’am [6]:
121). Wahyu dalam bentuk bisikan ini datang dari kelompok iblis.
f) Wahyu
diartikan bisikan dalam sukma, (QS.
Asy-Syu’ara [26]: 21 dan 42).
Khusus untuk Nabi
Muhammad Saw. sendiri, Allah Swt. menegaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. tidak
berbicara berdasarkan hawa nafsu melainkan apa yang dikatakan adalah dibimbing
dengan wahyu, (QS. Al-Najm [53]: 2-4). Jadi, Al-Qur’an yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw. adalah wahyu Allah. Bagi Al-Qur’an sendiri dan
konsekuensinya juga bagi kaum muslimin. Al-Qur’an adalah firman Allah,
sedangkan Nabi Muhammad Saw. bukan hanya dalam makna dan ide-idenya saja, yang
membuka kemungkinan Nabi untuk lupa atau tidak sadar dapat ditolak. Karena
Al-Qur’an benar-benar murni Illahi. Walaupun ada kenyataan lain yakni setelah
diwahyukan , Al-Qur’an berhubungan intim dengan pribadi Nabi, sehingga kata-kata
suci tersebut tidak dapat diamati secara mekanis seperti halnya catatan, namun
tetap Nabi tidak bisa diidentikkan dengan Allah. Demikian pula Nabi Isa pada
umat Kristiani sekarang sebenarnya tidak mesti dianggap sebagai Tuhan Yesus.
Al-Qur’an secara kategoris mengharamkan hal itu dan itu dianggap syirik sebagai
dosa paling besar.
Berdasarkan uraian di
atas, Allah berbicara dengan makhluknya melalui wahyu (QS. Al-syura [42]: 51).
Wahyu yang tertulis disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. disebut Al-Qur’an. Wahyu kepada Nabi-nabi lainya
walaupun tertulis tidak disebut Al-Qur’an, melainkan al-kitab saja. Sedangkan wahyu untuk selain Nabi (Manusia biasa)
semuanya tidak tertulis, karena berupa ilham,
bisikan atau insting. Berdasarkan pemahaman demikian, maka malaikat yang
berhenti hanya wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bentuk
Al-Qur’an.
BAB
III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Al-Qur’an
3.1.1 Pengertian Al-Qur’an Etimologi (bahasa).
Secara bahasa Al-Quran
berasal dari bahasa Arab , yaitu qaraa-yaqrau-quraanan yang berarti bacaan. Hal
itu dijelaskan sendiri oleh Al-Quran dalam Surah Al-Qiyamah ayat 17-18
(۱۸) قُرْآنَهُ
فَاتَّبِعْ قَرَأْنَاهُ فَإِذ (۱۷) وَقُرْآنَهُ جَمْعَهُ عَلَيْنَا إِنَّ
Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami
telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamaah 17-18)
3.1.2 Pengertian Al-Quran Terminologi (istilah).
a. Menurut
Manna’ Al-Qhattan :
بِتِلَاوَتِهِ اَلْمُتَعَبَدُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ
اللهُ صَلَّي مُحَمَّدٍ عَلَي المُنَزًّلُ
اللهِ كَلَامُ
Artinya : kitab Allah yang diturnkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan orang yang membacanya memperoleh pahala.
b. Menurut
Al-Jurjani :
شُبْهَةٍ
بِلَا مُتَوَاتِرًا نَقْلًا عَنْهُ اَلْمَنْقُولُ الْمَصَاحِفِ المَكْتُوبِ فِى الرَّسُولِ عَلَى اَلْمُنَزَّلُ هُوَ
Artinya : yang diturunkan kepada Rasulullah SAW.,
ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawattir tanpa keraguan.
c. Menurut kalangan pakar ushul fiqh, fiqh,
dan bahasa Arab :
kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad. Lafadz-lafadznya mengandung mukjizat,
membacanya mempunyai ibadah, diturunkan secara mutawattir, dan ditulis pada
mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai pada surat An-Nass.
3.2 Nama-nama Al-Qur’an dan Nama-nama Surat dalam
Al-Qur’an
3.2.1
Nama-nama Al-Qur’an
Nama
Al-Qur’an banyak, tetapi semua nama-nama tersebut menunjukan pada yang satu,
yaitu Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad
Saw.nama Al-Qur’an umumnya dikaitkan dengan fungsi dan peranan Al-Qur’an itu
sendiri. Semakin beragam orang memosisikan Al-Qur’an, akan semakin banyak
jumlah nama Al-Qur’an. Abu Ma’ali Syaidzalah (wafat 494 H) memberikan lebih
dari 90 nama ; M. Natsir Arsyad sendiri memilih 30 nama saja.
Namun demikian, nama
yang di berikan oleh Al-Qur’an sendiri, sekurang-kurangnya ada 5 nama yaitu:
1. Al-Qur’an
( QS AL-Hasyr [59]:21). Dikatakan nama Al-Qur’an karena sesuai dengan sifatnya
yaitu untuk dibaca. Kalau Al-Qur’an hanya disimpan walaupun ditempat yang
mewah, maka manusia tidak akan mendapat petunjuk apa-apa dari Al-Qur’an. Jadi,
yang terpenting addalah bacaanya, bukan tulisannya. Dengan baccaan tersebut,
Al-Qur’an menjadi milik si pembaca yang bersatu dengan jiwa raganya.
2. Al-Kitab,
(QS Al-Baqarah [2]:2; Al-An’am [6]:114). Dikatakan Al-Kitab karena Al-Qur’an
itu wahyu yang tertulis. Nama Al-Kitab ini disandarkan pula pada wahyu tertulis
lainnya yaitu kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Sehingga Al-Qur’an sebenarnya
penyempurna dari kitab-kitab tersebut. Al-Qur’an itu bukan sesuatu yang baru,
karena sudah benar-benar tersebut dalamkitab-kitab orang terdahulu, dan para
ulama Bani Israil mengetahuinya (QS Al-Syu’ara [26] : 196-197).
3. Al-Furqan,
(QS Al-Furqan [25]:1). Dikatakan demikian karena isi dalam Al-Qur’an tentang
pembeda yang jelas antara yang haq
(benar) dan bathil (sesat). Orang
yang mengikuti yang haq adalah mereka
yang mengikuti Al-Qur’an. Melalui penjelasan Al-Qur’an, akal kita dapat
mengetahui yang haq dan bathil.
4. Al-Dzikra, (QS AL Hijr [15]:9). Dikatakan demikian, karena
Al-Qur’an mengingatkan kembali manusia pada jati dirinya yang benar. Akibat
manusia berinteraksi dengan lingkungan tertentu, ia menjadi lalai atau bahkan
lupa padda kebenaran. Al-Qur’an mengingatkan kembali agar manusia segera ingat
dan sadar akan dirinya. Dari mana asalnya, apa yang harus diperbuat dan akan
pulang kemana setelah meninggal dijelaskan dalam Al-Qur’an.
“Sesungguhnya Kamilah
yang menurunkan Al Qur’an dan pasti Kami (pula) yang memeliaranya.”
(QS Al Hijr [15] : 9)
5. Al-Tanzil,
(QS AL Syu’ara [26]:192). Dikatakan demikian karena Al-Qur’an adalah wahyu
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Disebut Al-Tanzil yang dapat
berarti Al-Qur’an.
”Dan sungguh, (Al
Qur’an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam.” (QS
Asy Syu’araa [26] : 192)
6. Al-Huda
(Petunjuk). Dalam Al-Qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi Al-Qur’an
sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Allah berfirman:
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an yang berfungsi sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu.....” (Q.S.
Al-Baqarah 185). Kedua, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa. Allah berfirman, “Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya
; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” Q.S Al-Baqarah : 2). Bahwa Al-Qur’an
berfungsi sebagai petunjuk bagi orang tekwa dijelaskan pula dalam ayat lainnya,
antara lain surat Ali Imran Ayat 138. Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang
beriman. Allah berfirman : Katakanlan ;” Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan
penawar bagi orang-orang yang beriman….” (Q.S. Fushshilat 44). Begitu juga,
bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang beriman disebutkan pula pada
ayat lainnya, antara lain dalam surat Yunus ayat 57.
7. Asy-Syfa
(obat). Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi
penyakit-penyakit yang ada dalam dada (mungin yang dimaksud di sini adalah
penyakit psikologis). Allah berfirman,
“Wahai manusia!
Sesungguhnya, telah datang kepadamu pelajaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada di
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS Yuunus [10] : 57)
8. Al-Mau’izhah
(Nasihat). Dalam Al-Qur’an diatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasihat bagi
orang-orang bertakwa. Allah berfirman,“Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi
seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Ali Imran 138)
9. Al-Hikmah
(kebijaksanaan)
“ Itulah sebagian
hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan
yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka
dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)”.
(QS. Al Israa' [17]:39)
10. Al-Hukm
(peraturan/hukum). Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai
peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa
nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada
pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar Ra'd [13]:37)
11. Al-Qaul (perkataan/ucapan)
Dan
sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an)
kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Al Qashash [28]:51)
12. Ar-Ruuh (Roh)
Allah
SWT telah menamakan wahyu yang diturunkan kepada rasulNya sebagai roh. Sifat
roh adalah menghidupkan sesuatu. Seperti jasad manusia tanpa roh akanmati,
busuk dan tidak berguna. Dalam hubungan ini, menurut ulama, Al-Quran mampu
menghidupkan hati-hati yang mati sehingga dekat dengan Penciptanya.
“Dan demikianlah Kami
wahyulan kepadamu (Muhammad) ruh (Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya
engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al Qur’an dan apakah iman itu, tetapi
Kami jadikan Al Qur’an itu cahaya, dengan itu Kami member petunjuk siapa yang
Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar
membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.”
(QS Asy Syuuraa [42] : 52)
13. An-Nuur
(Cahaya)
Panduan
yang Allah gariskan dalam Al-Quran menjadi cahaya dalam kehidupan dengan
mengeluarkan manusia daripada taghut kepada cahaya kebenaran, daripada
kesesatan dan kejahilan kepada kebenaran ilmu, daripada perhambaan sesame
manusia kepada mengabdikan diri semata-mata kepada Yang Maha Mencipta dan
daripada kesempitan dunia kepada keluasan dunia dan akhirat.
Dengan
kitab itulah Allah member petunjuk kepada orang yang mengikuti keredhaanNya ke
jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu
dari kegelapaan kepada cahaya dengan izinNya dan menunjukkan ke jalan yang
lurus. (al-Maidah: 17)
“Wahai
manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti dari Tuhanmu, (Muhammad
dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al Qur’an).” (QS An Nisaa [4] : 174)
14. Al-Haq
(Kebenaran)
Al-Quran
dinamakan dengan Al-Haq kerana dari awal hingga akhirnya, kandungan Al-Quran
adalah semuanya benar. Kebenaran ini adalah datang daripada Allah yang mencipta
manusia dan mangatur system hidup manusia dan Dia Maha Mengetahui
segala-galanya. Oleh itu, ukuran dan pandangan dari Al-Quran adalah sesuatu
yang sebenarnya mesti diikuti dan dijadikan priority yang paling utama dalam
mempertimbangkan sesuatu.
“Kebenaran itu dari Tuhanmu,
maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu”.
(al-Baqarah: 147)
15. Al-Bayaan (Keterangan)
Al-Quran
adalah kitab yang menyatakan keterangan dan penjelasan kepada manusia tentang
apa yang baik dan buruk untuk mereka. Menjelaskan antara yang haq dan yang
batil, yang benar dan yang palsu, jalan yang lurus dan jalan yang sesat. Selain
itu Al-Quran juga menerangkan kisah-kisah uma terdahulu yang pernah mengingkari
perintah Allah lalu ditimpakan dengan berbagai azab yang tidak terduga.
“Inilah (Al-Quran)
suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk kepada
seta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.
(Ali-Imran: 138 )
16. Al-Busyraa (Berita Gembira)
Al-Quran
sering menceritakan khabar gembira bagi mereka yang beriman kepada Allah dan
menjalani hidup menurut kehendak dan jalan yang telah diatur oleh Al-Quran.
Khabar-khabar ini menyampaikan pengakhiran yang baik dan balasan yang
menggembirakan bagi orang-orang yang patuh dengan intipati Al-Quran. Telalu
banyak janji-janji gembiran yang pasti dari Allah untuk mereka yang beriman
dengan ayat-ayatNya.
“Katakanlah,
“Rohulkudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan kebenaran
untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta
kabar gembira bagi orang-orang berserah diri (kepada Allah).” (QS An Nahl [16] : 102)
17. Ar
-Rahmah. Al Qur’an disebut juga Al Rahman karena ia berfungsi sebagai petunjuk
dan karunia bagi umat manusia dan alam semesta.
“Dan sungguh, (Al Qur’an) itu benar-benar
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS An Naml [27] : 77
18. Al
-Kalaam. Al Qur’an disebut juga Al Kalaam karena ia adalah firman Allah dan
merupakan kitab suci yang diucapkan.
“Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang
meminta perlindungan kepadanmu, maka lindungilah agar dia dapar mendengar
firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian)
itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS At Taubah [9] :6)
19. Al
Basaa’ir. Al Qur’an disebut juga Al Basaa’ir karena ia berfungsi sebagai
pedoman.
“(Al
Qur’an) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini.” (QS Al Jaasiyah [45] :
20)
20. Al
Balaag. Al Qur’an disebut juga Al Balaag karena ia berfungsi sebagai penyampai
kabar atau penjelasan bagi manusia.
“(Al Qur’an) ini adalah penjelasan (yang
sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka
mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang berakal
mengambil pelajaran.” (QS
Ibraahiim [14] : 52)
Nama-nama
Al-Quran tersebut menunjuk pada yang satu, yaitu Al-Qur’an Al-Karim. Sedangkan
banyaknya nama hanya fungsi dari Al-Qur’an itu sendiri. Semakin banyak manusia
mengidentifikasi fungsi Al-Qur’an, akan semakin banyak memberikan nama
kepadanya. Tetapi yang terpenting bukan namanya, melainkan fungsinya itu
sendiri bagi manusia di dunia ini.
3.2.2 Nama-nama Surat dalam Al Qur’an
Al Qur’an terdiri atas 30 juz, 114 surat, dan 6666
ayat. Adapun nama-nama surat tersebut adalah :
1.
Surat Al Fatehah (pembuka)
Surat
ini terdiri atas 7 ayat, surat yang pertama diturunkan dengan lengkap diantara
surat-surat yang ada dalam Al Qur’an,
termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Fatehah”, karena dengan surat inilah di buka dan di mulainya Al
Qur’an. Dinamakan pula dengan “Ummul
Qur’an” (induk Al Qur’an), karena
surat ini merupakan induk bagi semua isi Al-Qur’an, serta menjadi inti sari
dari kandungan Al Qur’an. Dinamakan lagi dengan “As Sabb’ul Matsani” (tujuh yang berulang-ulang), karena ayat-ayat
tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum dan kisah-kisah.
2.
Surat
Al Baqarah (Sapi Betina)
Surat
ini terdiri atas 286 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Baqarah”, karena di dalamnya di
sebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang di perintahkan Allah kepada Bani
Israil. Dinamakan pula dengan “Fusthaatul
Qur’an” (puncak Al Qur’an), karena memuat beberapa hukum yang tidak di
sebutkan dalam surat yang lain. Dinamakan lagi dengan “Alif Laam Miim”, karena surat ini dimulai dengan Alif Laam Miim.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
3.
Surat
Ali Imran (Kelurga Imran)
Surat
ini terdiri atas 200 ayat, termasuk golongan Madaniyyah. Dinamakan surat “Ali Imran” karena memuat kisah
keluarga Imran yang di dalam kisah itu di sebutkan kelahiran Nabi Isa as dan
mu’jizatnya, serta di sebut pula kelahiran Maryam putri Imran, Ibu Nabi Isa as.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
4. Surat An Nisa’ (Wanita)
Surat
ini terdiri atas 120 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan
surat “An Nisa”, karena didalam
surat ini banyak di bicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita. Serta
merupakan surat yang paling banyak membicarakan hal itu di banding dengan
surat-surat lain.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
5. Surat Al Maidah (Hidangan)
Surat
ini terdiri atas 120 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Maidah”, karena memuat kisah
pengikut-pengikut setia, Nabi Isa as meminta agar Allah menurunkan kepada
mereka hidangan makanan dari langit. Dinamakan pula dengan “Al Uqud” (perjanjian), karena di dalamnya di sebutkan bahwa Allah
agar hamba-hamba-Nya memenuhi janji prasetia mereka terhadap Allah dan
perjanjian-perjanjian yang mereka buat sesamanya. Dinamakan pula dengan “Al Munqidz” (yang menyelamatkan),
karena akhir surat ini mengandung kisah tentang Nabi Isa as penyelamat para
pengikut dari adzab Allah.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
6. Surat Alan’nam (Binatang Ternak)
Surat
ini terdiri atas 165 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Alan’nam”, karena di dalamnya di sebut
kata “Alan’nam”, dalam hubungan
dengan adat istiadat kaum musyrik, yang menurut mereka binatang-binatang ternak
itu dapat di pergunakan untuk mendekatkan diri kepada tuhan mereka.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
7. Surat Al A’raf (Tempat Tertinggi)
surat
ini terdiri atas 206 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al A’raf”, karena kata itu terdapat
dalam ayat 46 yang mengemukakan tengtang keadaan orang-orang yang berada di
atas Al A’raf yaitu : tempat yang tertinggi di bawah surga dan neraka.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
8. Surat An Anfal (Rampasan Perang)
Surat
ini terdiri atas 75 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “An Anfal”, karena di dalamnya memuat
masalah yang berkaitan dengan harta
rampasan perang yang meliputi harga rampasan perang, hukum perang dan
hal-hal yang berhubungan dengan peperangan pada umumnya.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
9. Surat At Taubat (Pengampunan)
Surat
ini terdiri atas 129 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “At Taubah”, karena itu berulang kali
di sebut dalam surat ini. Dinamakan pula dengan “Baraah”, yang berarti pelepasan diri yang di sini maksudnya pernyataan pemutusan
perhubungan, disebabkan bayaknya pokok pembicaraan tentang pernyataan pemutusan
perjajnian damai dengan kaum musyrikin.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
10. Surat Yunus
Surat
ini terdiri atas 109 ayat, termasuk golongan surat makiyyah. Dinamakan surat “Yunus”, karena dalam surat ini
terutama disebutkan kisah Nabi Yunus as dan para pengikutnya yang teguh
pendirian.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
11.
Surat
Huud
Surat
ini terdiri atas 123 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Huud”, karena ada hubungan dengan
terdapatnya kisah Nabi Huud as dan kaumnya.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
12.
Surat Yusuf
Surat
ini terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Yusuf”, karena titik berat dari isinya
mengenai kisah Nabi Yusuf as.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
13.
Surat Ar Ra’d (Guruh)
surat
ini terdiri atas 43 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “ Ar Ra’d”, karena dalam ayat 13 Allah
berfirman yang artinya : “ Dan guruh itu
bertasbih sambil memujiNya “ menunjukan sifat kesucian dan kesempurnaan Allah
SWT.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
14.
Surat Ibrahim
Surat
ini tediri atas 52 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Ibrahim”, karena surat ini mengandung
doa Nabi Ibrahim as, yaitu pada ayat 35-41.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
15. Surat Al Hijr
Surat
ini terdiri atas 99 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Hijr”, karena didalamnya di
sebutkan kata Al Hijr, yaitu nama sebuah daerah pegunungan yang didiami oleh
kaum tsamud, terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syiria.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
16. Surat An Nahl (Lebah)
Surat
ini terdiri atas 128 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “An Nahl”, karena di dalamnya terdapat
firman Allah SWT ayat 68 yang artinya : “Dan
tuhanmu mewahyukan kepada lebah.”
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
17. Surat Al Isra’ (Memperjalankan Di
Malam Hari)
Surat
ini terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Isra’ ”, karena berkaitan dengan
peristiwa Isra’ Nabi Muhammad SAW dimana Allah SWT memperjaankan beliau di
malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang terdapat pada ayat pertama
surat ini.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
18. Surat Al Kahfi (Gua)
Surat
ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Kahfi”, karena nama itu di ambil
dari cerita yang terdapat pada ayat 9-26, tentang beberapa orangpemuda yang
tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Adapun penghuni-penghuni gua tersebut
disebut”Ashabul Kahfi”.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
19. Surat Maryam
Surat
ini terdiri atas 98 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Maryam”, karena surat ini maengandung
kisah maryam, ibu Nabi Isa as, sedang ia sebelumnya belm di kawini atau di
campuri oleh seorang laki-lakipun.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, kisah-kisah dan lain-lain.
20. Surat Thaha
Surat
ini terdiri atas 135 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Thaha”, di ambil perkataan yang
berasal dari ayat pertama surat ini.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
21. Surat Al Anbiya’ (Nabi-Nabi)
Surat
ini terdiri atas 112 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Anbiya”, karena surat ini memuat
kisah beberapa orang Nabi.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, kisah-kisah dan lain-lain.
22. Surat Al Hajj (Haji)
Surat
ini terdiri atas 78 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al
Hajj”, karena surat ini mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan
beribadah haji.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum dan lain-lain.
23. Surat Al Mu’minun (Orang-Orang Yang
Beriman)
Surat
ini terdiri atas 118 ayat, termasuk golongan suran Makiyyah. Dinamakan surat “Al
Mu’minun”, karena surat permulaan ini menerangkan bagaimana seharusnya
sifat-sifat orang mukmin yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan
ketentraman jiwa mereka di dunia.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
24. Surat An Nur (Cahaya)
surat
ini terdiri atas 64 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “An Nur”, di ambil dari kata An Nur
yang terdapat pada ayat 35.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
25. Surat Al Furqan (Pembeda)
Surat
ini terdiri atas 77 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Furqan”, di ambil daro kata Al
Furqan yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang di maksud dengan Al
Furqan dalam ayat ini ialah Al Qur’an.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
26. Surat Asy Syu’ara’ (Para Penyair)
Surat
ini terdiri atas 227 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Asy Syu’ara’ ”, di ambil dari kata Asy Syu’ara’ yang
terdapat pada ayat 224, di saat Allah SWT secara khusus menyebutkan kedudukan
para penyair. Para penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan
para rasul.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
27. Surat An Naml (Se Mut)
Surat
ini terdiri atas 93 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “An
Naml”, karena pada ayat 18 dan 19 terdapat kata An Nal, dimana raja semut
mengatakan kepada anak buahnya agar memasuki sarangnya masing-masing, supaya
jangan terinjak oleh Nabi Sulaeman as dan tentaranya yang akan lalu litas ke
tempat itu.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
28. Surat Al Qashash (Cerita-Cerita)
Surat
ini terdiri atas 88 ayat, termsuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Qashash”, karena pada ayat 25 surat
ini terdapat kata Al Qashash yang berarti cerita.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
29. Surat Al Ankabut (Laba-Laba)
Surat
ini terdiri atas 69 ayat. Termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al
Ankabut”, di ambil dari kata Al Ankabut yang terdapat pada ayat 41 surat
ini. Dimana Allah mengumpamakan para penyembah berhala-berhala itu dengan
laba-laba yang percaya pada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat
mangsanya. Padahal kalau di hembus angin atau di timpa sesuatu benda yang kecil
saja rumah itu akan hancur.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
30. Surat Ar Ruum (Bangsa Romawi)
surat
ini terdiri atas 60 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Ar
Ruum”, karena pada permulaan surat ini, ayat 2, 3 dan 4 terdapat
pemberitaan bangsa Romawi yang pada mulanya di kalahkan oleh bangsa Persia,
tetapi setelah beberapa tahun kemudian kerajaan bangsa Romawi dapat membalas
kekalahannya kembali terhadap bangsa Persia.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
31. Surat Luqman
Surat
ini terdiri atas 34 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Luqman”,
karena pada ayat 12 disebutkan bahwa Luqman telah di beri oleh Allah nikmat dan
ilmu pengetahuan, oleh karena itu dia bersyukur kepadaNya atas nikmat yang di
berikan itu.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
32. Surat As Sajadah (Sujud)
surat
ini terdiri atas 30 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “As
Sajadah”, karena pada surat ini
terdapat ayat sajadah, yaitu ayat yang ke 15.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum
dan lain-lain.
33. Surat Al Ahzab (Golongan Yang
Bersekutu)
Surat
ini terdiri atas 73 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al
Ahzab”, karena dalam surat ini terdapat beberapa ayat , yaitu ayat 9-27
yang berhubungan dengan peperangan Al Ahzab, yaitu peperangan yang di lancarkan
oleh kaum Yahudi. Kaum munafik dan orang-orang musyrik terhadap orang-orang
mukmin di Madinah.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
34. Surat Saba’ (Kaum Saba’)
Surat
ini terdiri atas 54 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan
surat “Saba’ ”, karena didalamnya terdapat kisah kaum saba’, yaitu nama
suatu kabilah Arab yang tinggal di daerah Yaman sekarang ini.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
35. Surat Al Faathir (Pencipta)
Surat
ini terdiri atas 45 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan
surat “Faathir”, karena ada hubungannya dengan perkataan Fathir yang
terdapat pada ayat pertama surat ini. Dinamakanjuga dengan surat “Malaikat”, karena pada ayat pertama di
sebutkan bahwa Allah telah menjadikan malaikat-malaikat sebagai utusannya yang
mempunyai beberapa sayap.
Kandungan
surat : Tentang bukti-bukti kekuasaan Allah dan nikmat-nikmat yang telah
dianugrahkanNya; Allah menciptakan para malaikat menurut bentuk yang
dikehendakinya; dan lain-lain
36. Surat Yaa Siin
Surat
ini terdiri atas 83 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Yaa siin”, karena dimulai dengan huruf
Yaa Siin. Dimana Allah mengisyaratkan bahwa sesudah huruf tersebut akan dikemukakan
hal-hal yang penting.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
37. Surat Ash Shaffat (Yang
Bershaf-Shaf)
Surat
ini terdiri atas 182 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Ash Shafat”, karena ada hubungannya
dengan perkataan Ash Shafat yang terdapat pada permulaan surat ini yang
mengemukakan bagaimana para malaikat yang berbaris di hadapan tuhanNya yang
bersih jiwanya, tidak di goda oleh syetan.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
38. Surat Shaad
Surat
ini terdiri atas 88 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Shaad”, karena surat ini dimulai dengan
shaad.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
39. Surat Az Zumar
(Rombongan-Rombongan)
Surat
ini terdiri atas 75 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Az
Zumar”, di ambil dari perkataan Az
Zumar yang terdapat pada ayat 71 dan 73 surat ini. Dinamakn juga dengan “Al Ghuraf”, (kamar-kamar), di ambil
dari perkataanGhuraf yang terdapat pada ayat 20, dimana di terangkan keadaan
kamar-kamar dalam surga yang diperoleh orang-orang yang bertaqwa.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
40. Surat Al Mu’min (Orang Yang Beriman)
Surat
ini terdiri atas 85 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al
Mu’min”, karena ada hubungan dengan perkataan Al Mu’min yang terdapat pada
ayat 28 surat ini. Dinamakan juga dengan “Ghafir” (yang mengampuni), karena ada
hubunganya denga kata Ghafir yang terdapat pada ayat 3 surat ini.
Kandungan
surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain-lain.
41.
Surat Fushilat (yang dijelaskan).
Surat ini terdiri atas
54 ayat termasuk golongan surat Makkiyah. Dinamakan surat “Fushilat”, karena ada hubungannya dengan perkataan fushilat yang
terdapat pada permulaan surat ini. Dinamakan juga dengan “Haa Miim dan As Sajdah”. Karena surat ini dimulai dengan Haa Miim
dan dalam surat ini terdapat surat sajdah.
Kandungan surat:
Tentang sikap orang-orang musyrik terhadap Al-Qur’an; kejadian-kejadian langit
dan bumi apa yang ada pada keduanya membuktikan adanya Allah; semua yang
terjadi dalam alam semesta tidak lepas dari pengetahuan Allah; dll.
42.
Surat Asy Syuura (Musyawarah).
Surat ini terdiri atas
53 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Asy Syuura”. Diambil dari perkataan Syura yang terdapat pada ayat
38 surat ini. Dinamakan pula dengan “Haa
Miim Ain Siin Qaaf”, karena surat ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah
itu.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum dan lain-lain.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum dan lain-lain.
43.
Surat Az Zukhruf (Perhiasan).
Surat ini terdiri atas
89 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Az Zukhruf”, diambil dari perkataan Az Zukhruf yang terdapat pada
ayat 35 surat ini.
Kandungan surat : Tentang keiamanan, hukum-hukum, kisah-kisah, dan lain-lain.
Kandungan surat : Tentang keiamanan, hukum-hukum, kisah-kisah, dan lain-lain.
44.
Surat Ad Dukhan (Kabut).
Surat ini terdiri atas
59 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Ad Dukhan”, diambil dari perkataan Dukhan yang terdapat pada ayat
10 surat ini.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
45.
Surat Al Jaatsiyah (Orang Berlutut).
Surat ini terdiri atas
37 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Jaatsiyah”, diambil dari perkataan Jatsiyah yang terdapat pada
ayat 28 surat ini. Dinamakan pula dengan “Asy
Syari’ah”, diambil dari perkataan Syari’ah yang terdapat pada ayat 18 surat
ini.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah, dll.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah, dll.
46.
Surat Al Ahqaaf (Bukti-bukti Pasir).
Surat ini terdiri atas
35 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Ahqaf”, diambil dari perkataan Al-Ahqaaf yang terdapat pada
ayat 21 surat ini.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah, dan lain-lain.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah, dan lain-lain.
47.
Surat Muhammad (Nabi Muhammad SAW)
Surat ini terdiri atas
38 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Muhammad”, diambil dari perkataan
Muhammad yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Dinamakan pula dengan “Al Qital”, (peperangan), karena
sebagian besar surat ini mengutarakan tentang peperangan dan pokok-pokok
hukumnya, serta bagaimana seharusnya sikap orang-orang mukmin terhadap
orang-orang kafir.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
48.
Surat Al Fath (Kemenangan).
Surat ini terdiri atas
29 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Fath”, diambil dari perkataan
Fathan yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Sebagian besar yang termuat
dalam surat ini menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan kemenangan yang
dicapai Nabi Muhammad SAW dalam peperangan-peperangannya.
Kandungan surat :
Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah, dan lain-lain.
49. Surat Al Hujarat (Kamar-kamar).
Surat ini terdiri atas
18 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Hujarat”, diambil dari perkataan Al
Hujarat yang terdapat pada ayat 4 surat ini.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
50.
Surat Qaaf.
Surat ini terdiri atas
45 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Qaaf”, karena surat ini dimulai dengan huruf Qaaf. Dinamakan pula
dengan “Al Baasiqaat”, diambil dari
perkataan Al Baasiqaat yang terdapat pada ayat 10 surat ini.
51.
Surat Adz Dzaariyaat (Angin yang benerbangkan).
Surat ini terdiri atas
60 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Adz Dzaariyaat”, diambil dari perkataan Adz dzariyat yang terdapat
pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah, dan lain-lain.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah, dan lain-lain.
52.
Surat Ath Thuur (Bukit).
Surat ini terdiri atas
49 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Ath Thuur”, diambil dari perkataan Ath Thuur yang terdapat pada
ayat pertama surat ini. Yang dimaksud bukit disinilah Bukit Thursina yang
terletak di Semenanjung Sinai, tempat Nabi Musa as menerima wahyu dari Allah
SWT.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
53.
Surat An Najm (Bintang).
Surat ini terdiri atas
62 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “An Najm”, diambil dari perkataan An Najm yang terdapat pada ayat
pertama surat ini.
Kandungan surat: Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
Kandungan surat: Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
54.
Surat Al Qamar (Bulan).
Surat ini terdiri atas
55 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Qamar”, diambil dari perkataan Al Qamar yang terdapat pada ayat
pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang keimanan, kisah-kisah, dan lain-lain.
Kandungan surat : Tentang keimanan, kisah-kisah, dan lain-lain.
55.
Surat Ar Rahmaan (Yang Maha Pemurah).
Surat ini terdiri atas
78 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Ar Rahmaan”, diambil dari
perkataan Ar Rahmaan yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Ar Rahmaan
adalah salah satu dari nama-nama Allah.
Kandungan surat : Tentang keimanan, kisah-kisah, dan lain-lain.
Kandungan surat : Tentang keimanan, kisah-kisah, dan lain-lain.
56.
Surat Al Waqi’ah (Hari kiamat).
Surat ini terdiri atas
96 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Waqi’ah”, diambil dari perkataan Al waqi’ah yang terdapat pada
ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang huru-hara di waktu terjadinya hari kiamat; manusia sewaktu dihisab terbagi menjadi 3 golongan; bantahan Allah terhadap keingkaran orang yang mengingkari adanya Tuhan; gambaran tentang surge dan neraka.
Kandungan surat : Tentang huru-hara di waktu terjadinya hari kiamat; manusia sewaktu dihisab terbagi menjadi 3 golongan; bantahan Allah terhadap keingkaran orang yang mengingkari adanya Tuhan; gambaran tentang surge dan neraka.
57.
Surat Al Hadiid (Besi).
Surat ini terdiri atas
29 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Hadiid”, diambil dari perkataan Al
Hadiid yang terdapat pada ayat 25 surat ini.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dan lain-lain.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dan lain-lain.
58.
Surat Al Mujaadilah (Wanita yang mengajukan gugatan).
Surat ini terdiri atas
22 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Mujadilah”, karena pada awal surat
ini disebutkan bantahan seorang perempuan. Dinamakan pula dengan “Al Mujadalah” yang berarti
pembantahan.
Kandungan surat : Tentang hukum dhihar dan sangsi-sangsi bagi orang yang melakukannya, jika ia menarik kembali perkataannya; larangan menjadikan musuh Allah sebagai teman; dan lain-lain.
Kandungan surat : Tentang hukum dhihar dan sangsi-sangsi bagi orang yang melakukannya, jika ia menarik kembali perkataannya; larangan menjadikan musuh Allah sebagai teman; dan lain-lain.
59.
Surat Al Hasyr (Pengusiran).
Surat ini terdiri atas
34 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Hasyr”, diambil dari perkataan Al
Hasyr yang terdapat pada ayat 2 surat ini.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dan lain-lain.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dan lain-lain.
60.
Surat Al Mumtahanah (Perempuan yang diuji).
Surat ini terdiri atas
13 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Mumtahanah”. Diambil dari perkataan
Famtahi nuuhunna yang terdapat pada ayat 10 surat ini.
Kandungan surat : Tentang larangan mengabaikan hubungan persahabatan dengan orang-orang kafir yang memusuhi islam; hukum perkawianan bagi orang-orang yang pindah agama; dan kisah Nabi Ibrahim as bersama kaumnya.
Kandungan surat : Tentang larangan mengabaikan hubungan persahabatan dengan orang-orang kafir yang memusuhi islam; hukum perkawianan bagi orang-orang yang pindah agama; dan kisah Nabi Ibrahim as bersama kaumnya.
61.
Surat Ash Shaff (Barisan).
Surat ini terdiri atas
14 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Ash Shaff”. Diambil dari
perkataan Shaffan yang terdapat pada
ayat 4 surat ini.
Kandungan surat : Tentang Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah; anjuran berijtihad di jalan Allah; para pengikut Nabi Musa as dan Isa as pernah mengingkari ajaran-ajaran nabi mereka; ampunan Allah dan surge yang dapat dicapai dengan iman dan berjuang menegakkan kalimah Allah dengan harta dan jiwa.
Kandungan surat : Tentang Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah; anjuran berijtihad di jalan Allah; para pengikut Nabi Musa as dan Isa as pernah mengingkari ajaran-ajaran nabi mereka; ampunan Allah dan surge yang dapat dicapai dengan iman dan berjuang menegakkan kalimah Allah dengan harta dan jiwa.
62.
Surat Al Jumu’ah (Hari Jum’at).
Surat ini terdiri atas
11 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Jumu’ah”. Diambil dari perkataan
Jumu’ah yang terdapat pada ayat 9 surat ini. Kandungan surat : Tentang
penjelasan sifat-sifat orang-orang munafik dan sifat-sifat buruk pada umumnya;
ajakan kepada orang-orang mukmin supaya taat dan patuh kepada Allah dan
Rasul-Nya dan supaya bersedia menafkahkan harta untuk menegakkan agama-Nya
sebelum ajal datang.
63.
Surat Al Munaafiquun (Orang-orang Munafik).
Surat ini terdiri atas
11 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Munaafiquun”. Karena surat ini
mengungkapkan sifat-sifat orang munafik.
Kandungan surat : Tentang orang-orang munafik dan sifat-sifatnya yang buruk; peringatan kepada orang-orang mukmin supaya harta benda dan anak-anaknya tidak melalaikan mereka, insaf kepada Allah dan anjuran sepaya menafkahkan sebagian rizki yang diperoleh.
Kandungan surat : Tentang orang-orang munafik dan sifat-sifatnya yang buruk; peringatan kepada orang-orang mukmin supaya harta benda dan anak-anaknya tidak melalaikan mereka, insaf kepada Allah dan anjuran sepaya menafkahkan sebagian rizki yang diperoleh.
64.
Surat At Taghaabun (Hari ditampakkan kesalahan-kesalahan).
Surat ini terdiri atas
18 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “At Taghabun”. Diambil dari perkataan
At Taghaabun yang terdapat pada ayat 9 surat ini. Kandungan surat : Tentang
keimanan, hukum-hukum, dll.
65.
Surat At Thalaaq (Talak).
Surat ini terdiri atas
12 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “At Thalaaq”, karena ayat-ayatnya
kebanyakan mengenai masalah talak yang berhubungan dengan masalah itu.
Kandungan surat : Tentang hukum-hukum talak, iddah dan kewajiban masing-masing suami dan istri dalam masa-masa talak dan iddah; perintah kepada orang-orang mukmin supaya bertaqwa kepada Allah yang telah mengutus seorang Rasul yang memberi petunjuk kepada mereka.
Kandungan surat : Tentang hukum-hukum talak, iddah dan kewajiban masing-masing suami dan istri dalam masa-masa talak dan iddah; perintah kepada orang-orang mukmin supaya bertaqwa kepada Allah yang telah mengutus seorang Rasul yang memberi petunjuk kepada mereka.
66.
Surat At Tahrim (Mengharamkan).
Surat ini terdiri atas
12 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “At Tahrim, karena pada awal surat ini
terdapat kata Tuharrim yang asal katanya at Tahriim.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
Kandungan surat : Tentang keimanan, hukum-hukum, dll.
67.
Surat Al Mulk (Kerajaan).
Surat ini terdiri atas
30 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Mulk”, diambil dari kata Al Mulk yang terdapat pada ayat
pertama surat ini. Dinamakan pula dengan “At
Tabarak”, yang berarti Maha Suci.
Kandungan surat : Tentang hidup dan mati adalah ujian bagi manusia; Allah menciptakan langit berlapis-lapis dan semua ciptaan-Nya mempunyai keseimbangan; perintah Allah untuk memperhatikan isi alam semesta; adzab Allah yang diancamkan kepada orang-orang kafir, dan janji Allah kepada orang-orang mukmin; peringatan Allah kepada manusia tentang sedikitnya mereka yang bersyukur kepada nikmat Allah.
Kandungan surat : Tentang hidup dan mati adalah ujian bagi manusia; Allah menciptakan langit berlapis-lapis dan semua ciptaan-Nya mempunyai keseimbangan; perintah Allah untuk memperhatikan isi alam semesta; adzab Allah yang diancamkan kepada orang-orang kafir, dan janji Allah kepada orang-orang mukmin; peringatan Allah kepada manusia tentang sedikitnya mereka yang bersyukur kepada nikmat Allah.
68.
Surat Al Qalam (Kalam).
Surat ini terdiri atas
52 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Qalam”, diambil dari kata Al Qalam yang terdapat pada ayat
pertama surat ini. Dinamakan pula dengan “Nun”
(Khuruf “nun”).
Kandungan surat : Tentang Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang berbudi pekerti yang agung; larangan bertoleransi dibidang kepercayaan; larangan mengikuti orang-orang yang mempunyai sifat-sifat yang di cela Allah; kecaman Allah terhadap mereka yang ingkar; dan Al-Qur’an adalah peringatan bagi seluruh umat.
Kandungan surat : Tentang Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang berbudi pekerti yang agung; larangan bertoleransi dibidang kepercayaan; larangan mengikuti orang-orang yang mempunyai sifat-sifat yang di cela Allah; kecaman Allah terhadap mereka yang ingkar; dan Al-Qur’an adalah peringatan bagi seluruh umat.
69.
Surat Al Haaqqah (Hari kiamat).
Surat ini terdiri atas
52 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Haaqqah”, diambil dari kata Al Haaqqah yang terdapat pada ayat
pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang adzab yang ditimpakan kepada kaum Tsamud, Aad, Fir’aun, kaum Nuh dan kaum-kaum sebelum mereka yang mengingkari rasul-rasul mereka pada hari kiamat; kejadian-kejadian pada hari kiamat dan hari berhisab; penegasan Allah bahwa Al-Qur’an itu benar-benar wahyu Allah.
Kandungan surat : Tentang adzab yang ditimpakan kepada kaum Tsamud, Aad, Fir’aun, kaum Nuh dan kaum-kaum sebelum mereka yang mengingkari rasul-rasul mereka pada hari kiamat; kejadian-kejadian pada hari kiamat dan hari berhisab; penegasan Allah bahwa Al-Qur’an itu benar-benar wahyu Allah.
70.
Surat Al Ma’arij (Tempat-tempat Naik).
Surat ini terdiri atas
44 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Ma’arij”, diambil dari kata Al Ma’arij yang terdapat pada ayat
ke tiga surat ini.
Kandungan surat : Tentang perintah bersabar kepada Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi ejekan-ejekan dan keingkaran orang-orang kafir; kejadian-kejadian pada hari kiamat; adzab Allah tak dapat membawa manusia ke martabat yang tinggi; peringatan Allah akan mengganti kaum yang durhaka dengan kaum yang lebih kuat.
Kandungan surat : Tentang perintah bersabar kepada Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi ejekan-ejekan dan keingkaran orang-orang kafir; kejadian-kejadian pada hari kiamat; adzab Allah tak dapat membawa manusia ke martabat yang tinggi; peringatan Allah akan mengganti kaum yang durhaka dengan kaum yang lebih kuat.
71.
Surat Nuh
Surat ini terdiri atas
28 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Nuh”, dinamakan surat Nuh karena surat ini seluruhnya menjelaskan
dakwah dan do’a Nabi Nuh as.
Kandungan surat : Tentang ajakan Nabi Nuh as. kepada kaumnya untuk beriman kepada Allah SWT serta bertobat kepada-Nya; perintah memperhatikan kejadian alam semesta; dan kejadian manusia yang merupakan manifestasi kebesaran Allah; siksaan Allah di dunia dan akhirat bagi kaum Nuh yang tetap kafir; do’a Nabi Nuh as.
Kandungan surat : Tentang ajakan Nabi Nuh as. kepada kaumnya untuk beriman kepada Allah SWT serta bertobat kepada-Nya; perintah memperhatikan kejadian alam semesta; dan kejadian manusia yang merupakan manifestasi kebesaran Allah; siksaan Allah di dunia dan akhirat bagi kaum Nuh yang tetap kafir; do’a Nabi Nuh as.
72.
Surat Al Jin (Jin).
Surat ini terdiri atas
28 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Jin”, diambil dari kata Al Jin yang terdapat pada ayat pertama
surat ini.
Kandungan surat : Pengetahuan tentang jin diperoleh Nabi Muhammad SAW dengan jalan wahyu; pernyataan iman segolongan jin kepada Allah; jin ada yang mukmin ada yang kafir; janji Allah kepada jin dan manusia untuk melimpahkan rezki-Nya kalau mereka mengikuti jalan yang lurus; janji perlindungan Allah terhadap Nabi Muhammad SAW dan wahyu yang dibawanya.
Kandungan surat : Pengetahuan tentang jin diperoleh Nabi Muhammad SAW dengan jalan wahyu; pernyataan iman segolongan jin kepada Allah; jin ada yang mukmin ada yang kafir; janji Allah kepada jin dan manusia untuk melimpahkan rezki-Nya kalau mereka mengikuti jalan yang lurus; janji perlindungan Allah terhadap Nabi Muhammad SAW dan wahyu yang dibawanya.
73.
Surat Al Muzzammil (Orang yang berselimut).
Surat ini terdiri atas
20 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Muzzammil”, diambil dari kata Al Muzzammil yang terdapat pada
ayat pertama surat ini. Yang dimaksud dengan orang yang berselimut ialah Nabi
Muhammad SAW.
Kandungan surat : Tentang petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan oleh Rasulallah SAW untuk menguatkan rohani guna persiapan menerima wahyu, yaitu dengan bangun malam hari untuk shalat tahajjud, membaca Al-Qur’an dengan tartil; bertasbih dan bertahmid; perintah bersabar terhadap celaan orang-orang yang mendustakan Rasul.
Kandungan surat : Tentang petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan oleh Rasulallah SAW untuk menguatkan rohani guna persiapan menerima wahyu, yaitu dengan bangun malam hari untuk shalat tahajjud, membaca Al-Qur’an dengan tartil; bertasbih dan bertahmid; perintah bersabar terhadap celaan orang-orang yang mendustakan Rasul.
74.
Surat Al Muddatstsir.
Surat ini terdiri atas
56 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Muddatstir”, diambil dari kata Al muddatstir yang terdapat pada
ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang perintah untuk mulai berdakwah mengagungkan Allah, membersihkan pakaian, menjauhi maksiat, memberikan sesuatu dengan ikhlas dan bersabar dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah; Allah akan mengadzab orang-orang yang menentang Nabi Muhammad SAW dan mendustakan Al-Qur’an.
Kandungan surat : Tentang perintah untuk mulai berdakwah mengagungkan Allah, membersihkan pakaian, menjauhi maksiat, memberikan sesuatu dengan ikhlas dan bersabar dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah; Allah akan mengadzab orang-orang yang menentang Nabi Muhammad SAW dan mendustakan Al-Qur’an.
75.
Surat Al Qiyamah (Hari kiamat).
Surat ini terdiri atas
40 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Qiyamah”, diambil dari kata Al Qiyamah yang terdapat pada ayat
pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang kepastian terjadinya hari kiamat dan huru hara yang terjadi padanya; jaminan Allah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dalam dada Nabi SAW; celaan Allah terhadap orang-orang musyrik yang lebih mencintai dunia dan meninggalkan akhirat; keadaan manusia di waktu sakaratul maut.
Kandungan surat : Tentang kepastian terjadinya hari kiamat dan huru hara yang terjadi padanya; jaminan Allah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dalam dada Nabi SAW; celaan Allah terhadap orang-orang musyrik yang lebih mencintai dunia dan meninggalkan akhirat; keadaan manusia di waktu sakaratul maut.
76.
Surat Al Insaan (Manusia).
Surat ini terdiri atas
31 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al Insaan”, diambil dari kata Al Insan
yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang penciptaan manusia; petunjuk-petunjuk untuk mencapai kehidupan yang sempurna dengan menempuh jalan yang lurus; bersabar dalam menjalankan hukum Allah; memeberi makan orang miskin dan anak yatim serta orang yang ditawan karena Allah; dan lain-lain.
Kandungan surat : Tentang penciptaan manusia; petunjuk-petunjuk untuk mencapai kehidupan yang sempurna dengan menempuh jalan yang lurus; bersabar dalam menjalankan hukum Allah; memeberi makan orang miskin dan anak yatim serta orang yang ditawan karena Allah; dan lain-lain.
77.
Surat Al Mursalat (Malaikat-malaikat yang diutus).
Surat ini terdiri atas
50 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Mursalat”, diambil dari kata Al Mursalat yang terdapat pada
ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang penegasan Allah bahwa semua yang dicamkan-Nya pasti terjadi; peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum hari berbangkit; peringatan Allah akan kehancuran umat-umat yang terdahulu yang mendustakan Nabi-nabi dan asal kejadian manusia; keadaan orang kafir dan orang mukmin di hari kiamat; dan lain-lain.
Kandungan surat : Tentang penegasan Allah bahwa semua yang dicamkan-Nya pasti terjadi; peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum hari berbangkit; peringatan Allah akan kehancuran umat-umat yang terdahulu yang mendustakan Nabi-nabi dan asal kejadian manusia; keadaan orang kafir dan orang mukmin di hari kiamat; dan lain-lain.
78.
Surat An Nabaa’ (Berita Besar).
Surat ini terdiri atas
40 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “An Nabaa’”, diambil dari kata An Nabaa’ yang terdapat pada ayat 2
surat ini. Dinamakan juga dengan “Amma Yatasaa aluun”, diambil dari perkataan
amma yatasaa aluun yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang pengingkaran orang-orang musyrik terhadap adanya hari kebangkitan dan ancaman Allah terhadap sikap mereka itu; peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari kebangkitan; penyesalan orang kafir dihari kiamat, dll.
Kandungan surat : Tentang pengingkaran orang-orang musyrik terhadap adanya hari kebangkitan dan ancaman Allah terhadap sikap mereka itu; peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari kebangkitan; penyesalan orang kafir dihari kiamat, dll.
79.
Surat An Naazi’aat (Malaikat-malaikat yang mencabut).
Surat ini terdiri atas
46 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “An Nazi’at”, diambil dari kata An Nazi’at yang terdapat pada ayat
pertama surat ini. Dinamakan juga dengan “Ath Thaammah”, diambil dari ayat 34
surat ini.
Kandungan surat : Tentang penegasan Allah tentang adanya hari kiamat dan sikap orang-orang musyrik terhadapnya; manusia tidak dapat mengetahui kapan terjadinya hari kiamat; kisah Nabi Musa as dengan Fir’aun.
Kandungan surat : Tentang penegasan Allah tentang adanya hari kiamat dan sikap orang-orang musyrik terhadapnya; manusia tidak dapat mengetahui kapan terjadinya hari kiamat; kisah Nabi Musa as dengan Fir’aun.
80.
Surat Abasa ( Ia Bermuka Masam).
Surat ini terdiri dari
42 ayat, termasuk golongan surat makiyyah dinamakan surat “Abasa”. Diambil darii perkataan Abasa yang terdapat pada ayat
pertama surat ini.
Kandungan surat : tentang dalil-dalil keesaan Allah: keadaan manusia pada hari kiamat: cercaan Allah kepada manusia yang tidak menyukuri nikmat-Nya.
Kandungan surat : tentang dalil-dalil keesaan Allah: keadaan manusia pada hari kiamat: cercaan Allah kepada manusia yang tidak menyukuri nikmat-Nya.
81.
Surat At Takwiir (Menggulung).
Surat ini terdiri atas
29 ayat,tergolong surat Makiyyah Dinamakan “At
Takwiir”, diambil dari kata Kuwwirat yang terdapat pada ayat pertama surat
ini.
kandungan surat : Tentang kegoncangan-kegoncangan yang terjadi pada hari kiamat; pada hari kiamat setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya sewaktu di dunia; penegasan atas kenabian Muhammad SAW: suksesnya manusia dalam mencapai kehidupan yang benar tergatung kepada taufik dari Allah.
kandungan surat : Tentang kegoncangan-kegoncangan yang terjadi pada hari kiamat; pada hari kiamat setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya sewaktu di dunia; penegasan atas kenabian Muhammad SAW: suksesnya manusia dalam mencapai kehidupan yang benar tergatung kepada taufik dari Allah.
82.
Surat Al Infithaar (Terbelah).
Surat ini terdiri atas
19 ayat, termasuk golongan surat Makiyah. Dinamakan surat “
Al Infithaar”, diambil dari kata Infatharat yang
terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari kiamat; peringatan kepada manusia agar tidak terpedaya sehingga durhaka kepada Allah: adanya malaikat yang selalu menjaga dan mencatat segala amal perbuatan manusia: pada hari kiamat manusia tidak dapat menolong orang lain.
Kandungan surat : Tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari kiamat; peringatan kepada manusia agar tidak terpedaya sehingga durhaka kepada Allah: adanya malaikat yang selalu menjaga dan mencatat segala amal perbuatan manusia: pada hari kiamat manusia tidak dapat menolong orang lain.
83.
Surat Al Muthaffifiin ( Orang-orang yang Curang).
Surat ini terdiri atas
36 ayat. Termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “ Al Muthaffifiin”,
diambil dari perkataan Muthaffifiin yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat: Tentang ancaman Allah SWT kepada orang-orang yang mengurangi dalam timbangan,, ukuran dan takaran; catatan kejahatan manusia dicantumkan dalam sijjin sedang catatan kebajikan manusia dicantumkan dalam illiyyin; balasan dan macam-macam kenikmatan bagi orang yang melakukan kebajikan.
Kandungan surat: Tentang ancaman Allah SWT kepada orang-orang yang mengurangi dalam timbangan,, ukuran dan takaran; catatan kejahatan manusia dicantumkan dalam sijjin sedang catatan kebajikan manusia dicantumkan dalam illiyyin; balasan dan macam-macam kenikmatan bagi orang yang melakukan kebajikan.
84.
Surat Al Insyiqaaq (Terbelah).
Surat ini terdiri atas
25 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Insyiqaaq”, diambil
dari perkataan Insyiqqat yang terdapat
pad permulaan ayat ini.
Kandungan surat: Tentang peristiwa-peristiwa pada permulaan terjadinya hari kiamat; peringatan bahwa manusia bersusah payah menemui Tuhannya; tingkat-tingkat kejadian dan kehidupan manusia di duniadan akhirat.
Kandungan surat: Tentang peristiwa-peristiwa pada permulaan terjadinya hari kiamat; peringatan bahwa manusia bersusah payah menemui Tuhannya; tingkat-tingkat kejadian dan kehidupan manusia di duniadan akhirat.
85.
Surat Al Buruuj (Gugusan Bintang).
Surat ini terdiri atas
22 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al-Buruuj”, diambil dari perkataan Al Buruuj yang terdapat pada
ayat pertama surat ini.
Kandungan surat: Tentang sikap dan tindakan-tindakan orang yang mengikuti seruan para rasul; bukti kekuasaan dan keesaan Allah; isyarat dari Allah bahwa orang-orang mekah akan ditimpa adzab sebagaimana kaum Fir’aun dan Tsamud telah ditimpa adzab; jaminan Allah terhadap kemurnian Allah.
Kandungan surat: Tentang sikap dan tindakan-tindakan orang yang mengikuti seruan para rasul; bukti kekuasaan dan keesaan Allah; isyarat dari Allah bahwa orang-orang mekah akan ditimpa adzab sebagaimana kaum Fir’aun dan Tsamud telah ditimpa adzab; jaminan Allah terhadap kemurnian Allah.
86.
Surat Ath Thaariq (Yang datang dimalam hari).
Surat ini terdiri atas
17 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Ath Thaariq”, diambil
dari perkataan Ath Thaariq yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang tiap-tiap jiwa selalu dipelihara dan diawasi Allah; merenungkan asal kejadian dir sendiri yaitu dari air mani akan menghilangkan sifat sombong dan tajabur; Allah kuasa menghidupkan manusia kembali pada hari kiamat; Al Qur’an adalah pemisah antara yang hak da yang bathil.
Kandungan surat : Tentang tiap-tiap jiwa selalu dipelihara dan diawasi Allah; merenungkan asal kejadian dir sendiri yaitu dari air mani akan menghilangkan sifat sombong dan tajabur; Allah kuasa menghidupkan manusia kembali pada hari kiamat; Al Qur’an adalah pemisah antara yang hak da yang bathil.
87.
Surat Al A’laa (Yang paling tinggi).
Surat ini terdiri atas
19 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al A’laa”, diambil dari
kata Al A’laa yang terdapat pada ayat pertama.
Kandungan surat: Tentang perintah Allah untuk bertasbih dengan menyebut nama-Nya; Nabi Muhammad SAW sekali-kali tidak lupa pada ayat-ayat yang dibacakan kepadanya; jalan-jalan yang menjadikan orang sukses hidup di dunia dan akhirat; Allah menciptakan, menyempurnakan ciptaan-Nya menentukan kadar-kadar, member petunjuk dan melengkapi keperluan-keperluannya sehingga tercapai tujuannya.
Kandungan surat: Tentang perintah Allah untuk bertasbih dengan menyebut nama-Nya; Nabi Muhammad SAW sekali-kali tidak lupa pada ayat-ayat yang dibacakan kepadanya; jalan-jalan yang menjadikan orang sukses hidup di dunia dan akhirat; Allah menciptakan, menyempurnakan ciptaan-Nya menentukan kadar-kadar, member petunjuk dan melengkapi keperluan-keperluannya sehingga tercapai tujuannya.
88.
Surat Al Ghaasyiyah (Hari Pembalasan).
Surat ini terdiri atas
26 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan surat “Al Ghaasyiyah”, diambil
dari perkataan Al Ghaasyiyah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat: Tentang keterangan tentang orang-orang kafir pada hari kiamat dan adzab yang dijatuhkan atas mereka; keterangan tentang orang-orang yang beriman serta keadaan surge yang di berikan kepada mereka sebagai balasan; perintah untuk memperhatikan keajaiban ciptaan-ciptaan Allah.
Kandungan surat: Tentang keterangan tentang orang-orang kafir pada hari kiamat dan adzab yang dijatuhkan atas mereka; keterangan tentang orang-orang yang beriman serta keadaan surge yang di berikan kepada mereka sebagai balasan; perintah untuk memperhatikan keajaiban ciptaan-ciptaan Allah.
89.
Surat Al Fajr (Fajar).
Surat ini terdiri atas
30 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Fajr”, diambil dari kata
Al Fajr yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat: Tentang sumpah Allah bahwa adzab-Nya terdapat orang-orang kafir tidak akan dapat dielakkan; beberapa contoh dari umat-umat yang sudah dibinasakan; celaan terhadap orang-orang yang tidak mau memelihara anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin.
Kandungan surat: Tentang sumpah Allah bahwa adzab-Nya terdapat orang-orang kafir tidak akan dapat dielakkan; beberapa contoh dari umat-umat yang sudah dibinasakan; celaan terhadap orang-orang yang tidak mau memelihara anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin.
90.
Surat Al Balad (Negeri).
Surat ini terdiri atas
20 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Balad”, diambil dari kata
Al Balad yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang dimaksud dengan
kota disini adalah kota Mekah.
Kandungan surat:
Tentang manusia diciptakan Allah untuk berjuang menghadapi kesulitan; manusia
tidak boleh terpedaya oleh kekuasaan dan harta benda yang banyak telah
dibelanjakannya; beberapa peringatan kepada manusia atass beberapa nikmat yang
telah diberikan Allah kepadanya.
91.
Surat Asy Syams (Matahari).
Surat ini terdiri atas
15 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Asy Syams”, diambil dari kata
Asy Syams yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kamdungan surat: Tentang kehancuran kaun Tsamud karena kedurhakaannya kepada Allah; pemberitahuan Allah kepada manusia jalan ketaqwaan dan jalan kekafiran; manusia mempunyai kebebasan memilih antara dua jalan itu.
Kamdungan surat: Tentang kehancuran kaun Tsamud karena kedurhakaannya kepada Allah; pemberitahuan Allah kepada manusia jalan ketaqwaan dan jalan kekafiran; manusia mempunyai kebebasan memilih antara dua jalan itu.
92.
Surat Al Lail (Malam).
Surat ini terdiri atas
21 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Lail”, diambil dari kata
Al Lail yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat: Tentang usaha manusia yang berlainan; orang yang suka berdema, bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang baik dimudahkan Allah baginya; orang yang bakhil merasa dirinya cukup dan mendustakan adanya pahala yang baik.
Kandungan surat: Tentang usaha manusia yang berlainan; orang yang suka berdema, bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang baik dimudahkan Allah baginya; orang yang bakhil merasa dirinya cukup dan mendustakan adanya pahala yang baik.
93.
Surat Adl Dluha (Waktu matahari sepengalahan naik).
Surat ini terdiri atas
11 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Adl Dluha”, diambil dari kata
Adl Dluha yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang penjagaan Allah terhadap Nabi Muhammad SAW atas kehidupan beliau dan dakwahnya; larangan menghina anak yatim dan menghardik orang-orang yang meminta-minta dan perintah menyebut nikmat yang diberikan Allah sebagai tanda bersyukur.
Kandungan surat : Tentang penjagaan Allah terhadap Nabi Muhammad SAW atas kehidupan beliau dan dakwahnya; larangan menghina anak yatim dan menghardik orang-orang yang meminta-minta dan perintah menyebut nikmat yang diberikan Allah sebagai tanda bersyukur.
94.
Surat Alam Nasyrah (Bukankah Kami telah melapangkan).
Surat ini terdiri atas
8 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Alam Nasyrah”, diambil dari kata
Alam Nasyrah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang penegasan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW; pernyataan Allah bahwa disamping kesukaran ada kemudahan.
Kandungan surat : Tentang penegasan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW; pernyataan Allah bahwa disamping kesukaran ada kemudahan.
95.
Surat At Tin (Buah Tin).
Surat ini terdiri atas
8 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “At Tin”, diambil dari kata
At Tin yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang manusia makhluk yang baik rohaniah dan jasmaniah, tetapi mereka akan dijadikan orang yang amat rendah jika tidak beriman dan beramal shaleh; Allah Adalah Hakim Yang Maha Adil.
Kandungan surat : Tentang manusia makhluk yang baik rohaniah dan jasmaniah, tetapi mereka akan dijadikan orang yang amat rendah jika tidak beriman dan beramal shaleh; Allah Adalah Hakim Yang Maha Adil.
96.Surat
Al Alaq (Segumpal Darah).
Surat ini terdiri atas
19 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Ayat 1-5 ayat ini adalah ayat-ayat
Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan. Dinamakan “Al Alaq”, diambil dari kata
Al Alaq yang terdapat pada ayat 2 surat ini.
Kandungan surat : Tentang perintah membaca Al-Qu’an; manusia dijadikan dari segumpal darah; Allah menjadikan kalam sebagai alat mengembangkan pengetahuan; manusia bertindak melampaui batas karena merasa dirinya serba cukup; ancaman Allah terhadap orang-orang kafir yang menghalag-halangi kaum muslimin melaksanakan perintahnya.
Kandungan surat : Tentang perintah membaca Al-Qu’an; manusia dijadikan dari segumpal darah; Allah menjadikan kalam sebagai alat mengembangkan pengetahuan; manusia bertindak melampaui batas karena merasa dirinya serba cukup; ancaman Allah terhadap orang-orang kafir yang menghalag-halangi kaum muslimin melaksanakan perintahnya.
97.
Surat Al Qadr (Kemuliaan).
Surat ini terdiri atas
5 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Qadr”, diambil dari kata
Al Qadr yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang Al Qur’an mulai diturunkan pada malam Lailatul Qadr, yang nilainya lebih dari seribu bulan; para malaikat dan jibril turun kedunia padda malam Lailatul Qadr untuk mengatur segala urusan.
Kandungan surat : Tentang Al Qur’an mulai diturunkan pada malam Lailatul Qadr, yang nilainya lebih dari seribu bulan; para malaikat dan jibril turun kedunia padda malam Lailatul Qadr untuk mengatur segala urusan.
98.
Surat Al Bayyinah (Bukti yang nyata).
Surat ini terdiri atas
8 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Bayyinah”, diambil dari kata
Al Bayyinah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandunga surat : Tentang pernyataan ahli kitab dan orang-orang musyrik bahwa mereka akan tetap dalam agamanya masing-masing sampai datang Nabi yang telah dijanjikan oleh Tuhan.
Kandunga surat : Tentang pernyataan ahli kitab dan orang-orang musyrik bahwa mereka akan tetap dalam agamanya masing-masing sampai datang Nabi yang telah dijanjikan oleh Tuhan.
99.
Surat Az Zalzalah (Kegoncangan).
Surat ini terdiri atas
8 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Az Zalzalah”, diambil dari kata
Zilzal yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang kegoncangan bumi yang amat hebat pada hari kiamat dan kebingungan manusia ketika itu; manusia pada hari kiamat itu dikumpulkan untuk dihisab segala amal perbuatan mereka.
Kandungan surat : Tentang kegoncangan bumi yang amat hebat pada hari kiamat dan kebingungan manusia ketika itu; manusia pada hari kiamat itu dikumpulkan untuk dihisab segala amal perbuatan mereka.
100.
Surat Al ‘Aadiyaat (Kuda perang yang berlari kencang).
Surat ini terdiri atas
11 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al ‘Aadiyaat”, diambil dari kata
Al ‘Aadiyaat yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang ancaman Allah SWT kepada manusia yang ingkar an yang sangat mencintai harta benda bahwa mereka akan mendapat balasan yang setimpal ketika mereka dibangkitkan dari kubur dan ketika isi dada mereka ditampakkan.
Kandungan surat : Tentang ancaman Allah SWT kepada manusia yang ingkar an yang sangat mencintai harta benda bahwa mereka akan mendapat balasan yang setimpal ketika mereka dibangkitkan dari kubur dan ketika isi dada mereka ditampakkan.
101.
Surat Al Qaari’ah (Hari Kiamat).
Surat ini terdiri atas
11 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Qaari’ah”, diambil dari kata
Al Qaari’ah yang terdapat pada ayat pertama surat ini, artinya yang
mengetok dengan kertas, kemudian kata ini dipakai untuk nama harikiamat.
Kandungan surat : Tentang kejadian-kejadian pada hari kiamat yaitu manusia bertebaran, gunung berhamburan, amal perbuatan manusia ditimbang dan di batasi.
Kandungan surat : Tentang kejadian-kejadian pada hari kiamat yaitu manusia bertebaran, gunung berhamburan, amal perbuatan manusia ditimbang dan di batasi.
102.
Surat At Takaatsur
(Bermegah-megahan).
Surat ini terdiri atas
8 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “At Takaatsur”, diambil dari kata
At Takaatsur yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang keinginan manusia untuk bermegah-megahan dalam soal dunia; sering melalaikan manusia dan tujuan hidupnya. Dia baru menyadari kesalahannya itu setelah maut mendatanginya: manusia akan ditanya di akhirat tentang nikmat yang di bangga-banggakannya itu.
Kandungan surat : Tentang keinginan manusia untuk bermegah-megahan dalam soal dunia; sering melalaikan manusia dan tujuan hidupnya. Dia baru menyadari kesalahannya itu setelah maut mendatanginya: manusia akan ditanya di akhirat tentang nikmat yang di bangga-banggakannya itu.
103.
Surat Al Ashr (Masa).
Surat ini terdiri atas
3 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Ashr”, diambil dari kata
Al Ashr yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat: Tentang keberadaan manusia dalam kerugian apabila dia tidak mengisi waktunya dengan perbuatan-perbuatan baik.
Kandungan surat: Tentang keberadaan manusia dalam kerugian apabila dia tidak mengisi waktunya dengan perbuatan-perbuatan baik.
104.
Surat Al Humazah (Pengumpat).
Surat ini terdiri atas
11 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Humazah”, diambil dari kata
Al Humazah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandunga surat : Tentang ancaman Allah terhadap orang-orang yang suka mencela orang lain, suka mengumpat dan suka mengumpulkan harta tetapi tidak menafkahkannya di jalan Allah.
Kandunga surat : Tentang ancaman Allah terhadap orang-orang yang suka mencela orang lain, suka mengumpat dan suka mengumpulkan harta tetapi tidak menafkahkannya di jalan Allah.
105.
Surat Al Fiil (Gajah).
Surat ini terdiri atas
5 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Fiil”, diambil dari kata
Al Fiil yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang cerita pasukan bergajah yang diadzab oleh Allah SSWT dengan mengirimkan sejenis burung yang menyerang mereka sampai binasa.
Kandungan surat : Tentang cerita pasukan bergajah yang diadzab oleh Allah SSWT dengan mengirimkan sejenis burung yang menyerang mereka sampai binasa.
106.
Surat Quraisy (Suku Quraisy).
Surat ini terdiri atas
4 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Quraisy”, diambil dari kata
Quraisy yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang peringatan kepada orang Quraisy mengenai nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada mereka karena itu mereka diperintahkan untuk menyembah Allah.
Kandungan surat : Tentang peringatan kepada orang Quraisy mengenai nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada mereka karena itu mereka diperintahkan untuk menyembah Allah.
107.
Surat Al Maa’un (Barang-barang yang berguna).
Surat ini terdiri atas
7 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Maa’un”, diambil dari kata
Al Maa’un yang terdapat pada ayat 7 surat ini.
Kandungan surat : Tentang beberapa sifat manusia yang dipandang sebagai mendustakan shalat dengan lalai dan riya’.
Kandungan surat : Tentang beberapa sifat manusia yang dipandang sebagai mendustakan shalat dengan lalai dan riya’.
108.
Surat Al Kautsar (Nikmat yang banyak).
Surat ini terdiri atas
3 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Kautsar”, diambil dari kata
Al Kautsar yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang nikmat yang banyak yang dilimpahkan. Karena itu shalatlah dan berkorbanlah; Nabi Muhammad SAW akan mempunyai pengikut yang banyak sampai hari kiamat dan akan mempunyai nama yang baik di dunia dan di akhirat, tidak sebagai yang dituduhkan pembenci-pembencinya.
Kandungan surat : Tentang nikmat yang banyak yang dilimpahkan. Karena itu shalatlah dan berkorbanlah; Nabi Muhammad SAW akan mempunyai pengikut yang banyak sampai hari kiamat dan akan mempunyai nama yang baik di dunia dan di akhirat, tidak sebagai yang dituduhkan pembenci-pembencinya.
109.
Surat Al Kaafirun (Orang-orang kafir).
Surat ini terdiri atas
6 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Kaafirun”, diambil dari kata
Al Kaafirun yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang pernyataan bahwa Tuhan yang disembah Nabi Muhammad SAW dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir,dan Nabi Muhammad SAW tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
Kandungan surat : Tentang pernyataan bahwa Tuhan yang disembah Nabi Muhammad SAW dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir,dan Nabi Muhammad SAW tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
110.
Surat An Nashr (Pertolongan).
Surat ini terdiri atas
3 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “An Nashr”, diambil dari kata
An Nashr yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang janji bahwa pertolongan Allah akan datang dan Islam akan mendapat kemenangan; perintah dari Tuhan agar bertasbih memuji-Nya, dan minta ampun kepada-Nya disaat terjadi peristiwa yang menggermbirakan.
Kandungan surat : Tentang janji bahwa pertolongan Allah akan datang dan Islam akan mendapat kemenangan; perintah dari Tuhan agar bertasbih memuji-Nya, dan minta ampun kepada-Nya disaat terjadi peristiwa yang menggermbirakan.
111.
Surat Al Lahab (Gejolak Api).
Surat ini terdiri atas
5 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Lahab”, diambil dari kata
Lahab yang terdapat pada ayat 3 surat ini.
Kandunga surat : Tentang cerita Abu Lahab dan Istrinya yang menentang Rasul SAW keduanya akan celaka dan masuk neraka. Harta Abu Lahab tak berguna untuk keselamatannya demikian pula segala usaha-usahanya.
Kandunga surat : Tentang cerita Abu Lahab dan Istrinya yang menentang Rasul SAW keduanya akan celaka dan masuk neraka. Harta Abu Lahab tak berguna untuk keselamatannya demikian pula segala usaha-usahanya.
112.
Surat Al Ikhlas (Memurnikan ke-Esaan Allah).
Surat ini terdiri atas
4 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Ikhlas”, karena surat ini sepenuhnya menegaskan kemurnian
ke-Esaan Allah SWT.
Kandungan surat : Penegasan tentang kemurnian ke-Esaan Allah SWT dan menolak segala macam kemusyrikan dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya.
Kandungan surat : Penegasan tentang kemurnian ke-Esaan Allah SWT dan menolak segala macam kemusyrikan dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya.
113.
Surat Al Falaq (Waktu Subuh).
Surat ini terdiri atas
5 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah. Dinamakan “Al Falaq”, diambil dari kata
Al Falaq yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang perintah agar kita berlindung kepada Allah SWT dari segala macam kejahatan.
Kandungan surat : Tentang perintah agar kita berlindung kepada Allah SWT dari segala macam kejahatan.
114.
Surat An Naas (Manusia).
Surat ini terdiri atas 6 ayat, termasuk
golongan surat Makiyyah. Dinamakan “An
Naas”, diambil dari kata An Naas
yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Kandungan surat : Tentang perintah kepada manusia agar berlindung kepada Allah dari segala macam kejahatan yang datang ke dalam jiwa manusia dari jin dan manusia.
Kandungan surat : Tentang perintah kepada manusia agar berlindung kepada Allah dari segala macam kejahatan yang datang ke dalam jiwa manusia dari jin dan manusia.
3.3 Kedudukan Al-Qur’an
1. Kitabul Naba wal
Akhbar (Kitab berita dan kabar)
Dalam Al Qur’an terdapat kabar berita tentang
masa depan yaitu Yaumul Akhir, dan juga cerita-cerita masa lampau, seperti
cerita nabi-nabi dan orang-orang sholeh dan juga kaum yang ingkar. Kita banyak
mendapati di dalamnya tentang hal-hal yang ghoib, persoalan maut, kiamat dan
kedasyatannya dan lain-lain. Berita-berita tentang masa lalu dapat digunakan
sebagai ibrah, sedangkan berita tentang masa depan merupakan peringatan dan
mendorong untuk lebih giat dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Kitabul Hukmi wa
Syariat (Kitab hukum syariat)
Al Qur’an juga berisi hukum-hukum syariat yang
harus dijalankan untuk mewujudkan kemashalatan hidup manusia di dunia dan
akhirat. Al Qur’an menerangkan hukum ke dalam empat sistem, yaitu ; bersikap
tegas dan tidak memungkinkan adanya ijtihad, seperti sholat, zakat, puasa dan
zina. Diantara keistimewaan syariat yang disebutkan di dalam Al Qur’an, bahwa
ia merupakan syariat yang mudah dan sederhana, melepaskan dari belenggu dan
beban seperti yang terjadi pada umat-umat sebelumnya.
3. Kitabul Jihad (Kitab Jihad)
Al Qur’an menekankan beberapa persoalan
penting dan salah satunya adalah masalah jihad. Al Qur’an menyeru umat muslim
agar berjihad seperti menghindar dari melampaui batas, batas-batas jihad,
kemulian bagi mujahidin, kecaman terhadap mereka yang tertinggal dari medan
jihad, lari dari jihad, sistem jihad dan aturannya, sholat dan peperangan,
peperangan dalam bulan haram, bai’ah, tawanan dan sebagainya.
4. Kitabul Tarbiyah
(Kitab Tarbiyah)
Al Qur’an mendidik jiwa-jiwa manusia menjadi
jiwa-jiwa yang mempunyai kemuliaan diri, mandiri, bebas dari penghambaan sesame
makhluk, bermasyarakat, beradab dan tahu nilai-nilai murni sebagai manusia yang
berperan sebagai khairu ummah.
5. Minhajul Hayah
(Pedoman Hidup)
Allah memerintahkan agar manusia menerima Al
Qur’an dengan tidak ragu-ragu, dan meyakini kebenarannya, sebagai petunjuk dan
pedoman hidup.
“Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepada
Musa Al-Kitab (Taurat), maka janganlah kamu (Muhammad) ragu menerima (Al-Quran
itu) dan Kami jadikan Al-Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil. (QS
As-Sajdah : 23).
Al Qur’an merupakan petunjuk, cahaya, tuntunan
hidup manusia, yang akan menghantarkan setiap manusia dari kegelapan menuju
terang, dari jahil menuju cahaya iman.
6. I’jaz Ilmi
Menurut Al Ghazali Ilmu-dalam artian
akademis-bukanlah objek Al-Qur’an. Tetapi yang menjadi objek Al-Qur’an adalah
manusia. Manusia merupakan objek formal dan ilmu merupakan objek material. Al
Qur’an merupakan I’jaz ilmi karena ia menempatkan manusia ditengah etos ilmu
dan membuka pintu-pintunya untuk mengkaji ilmu pengetahuan.
Al Qur’an merupakan kitab yang berisikan
petunjuk bagi manusia dengan banyak bukti yang diungkapkannya. Al-Qur’an
tentang alam dan manusia sejalan dengan ilmu, sebab objek ilmu adalah alam dan
manusia. Maka adanya keparalelan objek tersebut sejalan antara Al Qur’an dengan
ilmu.
Al-Qur’an sebagai kitab
Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran
islam, baik yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan
manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan
manusia dengan alam. Dalil naqli bahwa Al-Qur’an merupakan sumber hukum islam
yang pertama dan utama antara lain QS.An-Nisa, 4:59, QS. An-Nisa, 4:105, dan
hadis.
3.4 Fungsi Al-Qur’an
a. Al-Qur’an
diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia
Hidup
manusia di muka bumi bertujuan untuk mencapai kebahagiaan. Setiap orang
memiliki penilaian tentang kebahagiaan yang hendak dicapainya, sesuai dengan
pandangan dasarnya dalam melihat kehidupan. Kaum materialistis yang memandang
hidup sebagai materi, mengarahkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan materialnya, berupa kekayaan dan lain-lain yang bersifat
material. Kebahagiaan bagi mereka terdapat pada banyaknya materi yang
diperoleh.
Al-Qur’an
memberikan petunjuk ke arah pencapaian kebahagiaan yang hakeki, yaitu
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan yang hendak dicapai bukanlah
kebahagiaan berdasarkan perkiraan pikiran manusia saja, melainkan kebahagiaan yang
abadi. Bagaimana kebahagiaan abadi itu dicapai, Al-Qur’an memberikan petunjuk
yang jelas, yaitu meletakkan seluruh aspek kehidupan dalam kerangka ibadah
kepada Allah SWT. Firman Allah:
نِ
لِيَعْبُدُو إِلَّا وَالْإِنْسَ الْجِنّ خَلَقْتُ مَا وَ
Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. (QS.
Adz-Zariyat, 51:56)
Apabila
hidup telah diletakkan dalam penghambatan yang mutlak kepada Allah, maka ridha
Allah akan turun dan kebahagiaan yang hakiki akan dapat dicapai.
b. Al-Qur’an
memberikan penjelasan tehadap segala sesuatu
Al-Qur’an
diturunkan Allah ke muka bumi untuk memberikan penjelasan tentang segala
sesuatu, sehingga manusia memiliki pedoman dan arahan yang jelas dalam
melaksanakan tugas hidupnya sebagai makhluk Allah.
شَيْءٍ
مِنْ الْكِتَابِ فِي فَرَّطْنَا مَا
Tiadalah
Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab. (QS.
Al-An’am,6:38).
Berdasarkan
ayat di atas tampak bahwa Al-Quran berfungsi memberikan penjelasan kepada
manusia tentang segala sesuatu. Segala sesuatu bukanlah apa saja yang ada di
bumi ini dijelaskan oleh Al-Qur’an, karena Al-Qur’an bukan kamus atau
ensyclopedi, tetapi Al-Qur’an memberikan dasar-dasar yang bersifat global dan
mendasar. Oleh karena itu, manusia didorong untuk mengembangkan kemampuannya
dalam menggali isi pesan yang terkandung di dalamnya. Hal ini berarti pada
dalam Al-Qur’an telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, dan
pokok-pokok segala sesuatu yang dapat membawa manusia kearah kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Allah menjelaskan dalam ayat lain:
لِلْمُسْلِمِينَ
وَبُشْرَى وَرَحْمَةً وَهُدًى شَيْءٍ لِكُلِّ تِبْيَانًا الْكِتَابَ عَلَيْكَ وَنَزَّلْنَا
“Dan
Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.(QS. An-Nahl, 16:89)
Dalam
ayat tersebut dikemukakan pula bahwa Al-Qur’an berfungsi memberikan petunjuk,
rahmat, dan menyampaikan kabar gembira kepada manusia yang berserah diri.
Al-Qur’an menjelaskan apa yang tidak diketahui manusia, seperti hal-hal gaib.
Member petunjuk berarti membinmbing dan mengarahkan manusia pada tujuan yang
seharusnya dicapai dalam kehidupannya, sehingga tidak salah dalam memilih jalan
yang akan ditempuhnya, yaitu mencapai keridhaan Allah Swt. Memberi rahmat
adalah Al-Qur’an membawa manusia kedalam kasih sayang Allah, sehingga apa yang
dilakukan manusia senantiasa berada dijalan yang disenangi Allah. Bagi alam
lingkungannya, manusia menjadi subyek yang memberikan manfaat melalui kasih
sayang yang menjadi pendorongnya.
Adapun
maksud dengan kabar gembira adalah bahwa Al-Qur’an memberikan harapan-harapan
masa depan bagi orang-orang yang beriman, tunduk, dan patuh kepad aturan Allah,
yaitu janji Allah untuk memberikan kesenangan dan kenikmatan yang tiada tara.
Seorang muslim dapat hidup optimis dan tidak putus asa dalam menghadapi
persoalan-persoalan hidup yang dihadapinya. Ini juga merupakan kabar gembira
bagi orang yang beriman, bahwa iman dan perbuatan baik mereka akan di balas
dengan surga yang penuh nikmat.
c. Al-Qur’an
sebagai penawar jiwa yang haus (syifa)
Al-Qur’an juga berfungsi sebagai obat
(penawar) bagi manusia. Sebagaimana firman Allah:
خَسَارًۙ
إِلَّا الظَّالِمِينَ يَزِيدُ وَلَا ۙلْمُؤْمِنِينَا لِ وَرَحْمَةٌ شِفَاءٌ هُوَ مَا
الْقُرْآنِ مِنَ وَنُنَزِّلُ
“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.
(QS. Al-Israa, 17:82)
Syifa
artinya obat, penawar atau penyembuh sasaran dari penyembuhan ini adalah hati,
yaitu memberikan penyembuhan terhadap segala penyakit hati yang membuat manusia
menderita penyakit rohaniah. Penyakit ini dapat menghinggapi manusia setiap
saat dalam bentuk kecemasan, kegelisaan, dan kekecewaan yang dapat
mengakibatkan kekosongan dan kegoncangan jiwa. Disini Al-Qur’an dapat menjadi
factor penyembuh batin, penawar dari kehausan ruhaniah, serta memberikan
ketenangan dan ketentraman jiwa.
Sebagian besar
masyarakat zaman sekarang memperlakukan Al-Qur’an berbeda sama sekali dengan
tujuan penurunan Al-Qur’an sebenarnya. Sebagian diantara mereka menyampul
Al-Qur’an dengan bagus dan menyimpannya pada dinding rumah yang hanya dibaca
sekali-sekali. Sebagian lagi ada yang menjadikan Al-Qur’an sebagi jmat yang
dianggap sebagai penangkal gangguan makhluk jahat. Atau dijadikan semacam isim
untuk menentukan keberuntungan seseorang. Tentu hal ini, kekeliruab terbesar
yang menimpa sebagian umat islam. Akibatnya, umat islam tidak mendapatkan
manfaat yang signifikan dari hadirnya Al-Qur’an.
Jika kita membaca
proses kesejarahan turunya Al-Qur’an, maka Al-Qur’an sebenarnya petunjuk
manusia hidup di dunia. Al-Qur’an bukan petunjuk untuk hidup di akhirat, karena
akhirat merupakan hasil dari kehidupan di dunia. Jika ada yang menganggp
Al-Qur’an untuk akhirat, maka perlu diluruskan. Sebab pandangan ini akan
enggiring manusia memperlakukan Al-Qur’an sesuatu yang dibaca teksnya agar
dapat pahala untuk di akhirat. Akses langsung memahami Al-Qur’an yang kemudian
merumuskan segala kepentingan hidup manusia di dunia menjadi terabaikan. dari
sini muncul penilaian, agama islam yang berdasarkan Al-Qur’an tidak dapat
menyelesaikan problematika hidup manusia. padahal, manusianya yang sempit
memahami petunjuk-petunjuk Al-Qur’an. disini sebenarnya memerlikan
tafsir-tafsir yang langsung berinteraksi dengan kenyataan-kenyataan,
fakta-fakta, kejadian-kejadian dalam situasi zaman sekarang. mengubah
penafsiran lama tidak perlu lagi merasa takut berdosa. kita justru harus takut
kalau hidup kita sekarang ini tidak memahami paradigma Al-Qur’an.
pada zaman Nabi masih
hidup, Al-Qur’an adalah petunjuk hidupnya. jika ditanya Akhlak Rasulullah, maka
jawabnya adalah Al-Qur’an. akhlak adalah segala perilaku manusia meliputi
perilaku politik,sosial,ekonomi,pendidikan,bubaya, dan agama itu sendiri. Nabi berhasil
membangun perilaku manusia menuju mulia berdasarkan Al-Qur’an. jadi, Al-Qur’an
berperan sebagai petunjuk hidup manusia.
Allah telah menurunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. ayat-ayat yang memberi penerangan, contoh-contoh
kehidupan orang terdahulu, dan pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa (QS
Al-Nur [24]: 34). turunya Al-Qur’an tidak ada keraguan padanya, dari Allah
semesta alam. itulah kebenran, agar Nabi Muhammad Saw. memberi peringatan
kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan
sebelum kamu, medah-mudahan mereka memberi petunjuk (QS Al-Sajdah[32]:2-3).
Maha suci Allah yang telah menurunkan al-furqan
kepada hamba-Nya. agar dia ( Nabi Muhammad ) menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam (QS Al-Furqan [25]:1). Inilah ayat-ayat Al- Qur’an yang
menerangkan (QS. Asy-Syu’ara [26]: 2).
Ayat-ayat Al-Qur’an adalah ayat-ayat kitab yang menjelaskan untuk menjadi
petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman (QS. Al-Naml [27]:1-2).
Sesengguhnya dalam Al-Qur’an itu terdpat rahmat yang besar dan pelajaran bagi
orang-orang yang beriman (QS. Al-Ankabut [29] :51).
Al-Qur’an adalah
ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu (QS. Al-Ankabut
[29] :49). Al-Qur’an dihafal turun-temurun oleh banyak kaum muslimin dan
dipahami oleh mereka. Orang kafir bertanya-tanya: Mengapa Al-Qur’an itu tidak
diturunkan kepada Nabi Muhammad sekali turun saja? Allah menjelaskan, tujuannya
Al-Qur’an trurun secara berangsur-angsur supaya kuat dalam hati dan dibacakan
teratur dan benar (tartil) (QS.
Al-Furqan [25]: 32).
Syaikh Muhammad
Al-Ghazali mengkritik orang yang menitikberatkan kepada bacaan Al-Qur’an, ilmu
tajwid dan terpaku pada hapalan teks Al-Qur’an semata. Menurutnya, mereka tidak
begitu mementingkan aspek dialogisnya sehngga mengakibatkan tertinggalnya umat
islam dari bangsa-bangsa lain. Kritik ini sangat mengejutkan umat islam lainya,
terutama yang sudah bisa membaca ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi kurang memahami8
makna isinya. Padahal membaca sajaa sudah mendapat pahala. Jadi, yang lebih
bijak yaitu setelah kita membaca kemudian dilanjutkan dengan mengkaji isinya.
Ada yang perlu mendapat
catatan berkenaan dengan pendapat Al-Ghazali di atas, yaitu kemunduran umat
Islam disebabkan karena tidak memahami Al-Qur’an. Dengan kata lain dapat
dikatakan, jika umat Islam ingin maj, maka pahamilah Al-Qur’an. Supaya paham
Al-Qur’an kita harus berdialog terus dengan Al-Qur’an. Ketika kita berusaha
memahami suatu buku, biasanya timbul inspirasi-inspirasi dari pikiran pengarang
buku tersebut. Demikian pula lebih-lebih dengan Al-Qur’an, inspirasi dari
pikiran Allah jauh lebih dahsyat. Tentu yang kita maksud adalah kemenangan
ganda, yaitu kemajuan di dunia dan memiliki modal untuk akhirat.
Menurut Fazlur Rahman,
kegagalan memahami Al-Qur’an sebagai suatu kesatupaduan yang berjalin dan
menghasilkan pengetahuan yang pasti, telah mengakibatkan terjadinya bencana
besar dalam lapangan pemikiran teologi. Terdapat kesalahan umum dalam memahami
pokok-pokok keterpaduan Al-Qur’an, hanya berpegang pada ayat-ayat secara
terpisah.
Dari dua pemikiran di
atas, dapat ditarik benang merahnya, bahwa menjauhkan Al-Qur’an dapat
menyebabkan terbelakangnya umat Islam. Kemudian di sisi lain juga berusaha
memahami Al-Qur’an, tetapi terpisah-pisah yang mengakibatkan salah pahaman,
menjadi malapetaka pemikiran. Jaddi, kita perku benar memahami Al-Qur’an secara
menyeluruh.
Memahami Al-Qur’an
memang tidak mudah, tetapi juga jangan dianggap terlalu sulit. Sebab, dengan
membaca sambil lalu saja, kita sudah dapat menangkap gambaran sekilas tentang
maksud ayat tersebut. Yng agak sulit, memahami Al-Qur’an dalam konteks menemukan
hukum ketentuan, dan peranan umat islam dalam membangun peradaban dunia.
Melalui pemahaman yang
benar terhadap Al-Qur’an kita dapat mengambil manfaat darinya dan menjalani
hidup yang benar. Jadi sebelum melihat peranan Al-Qur’an, sebaiknya kita melihat
peranan kita terhadap Al-Qur’an. Berkaitan dengan hal itu, timbul konsekuensi,
yaitu:
1) Al-
Qur’an harus dipelajari sedemikian rupa hingga utuh menyeluruh
2) Pemilihan
ayat-ayat tertentu untuk memproyeksikan sudut pandang yang parsial, harus
dihindarkan, dan
3) Berdialog
terus dengan Al-Qur’an sehingga menemukan ketuntasan dalam satu tema,
dilanjutkan dengan tema lainnya dan seterusnya tanpa batas selama manusia hidup
di dunia ini.
Dalam Al-Qur’an, Allah
mengajak manusia agar berpikir. Manusia harus memikirkan tentang dirinya, apa
yang ada di alam dan kejadian dilingkungan hidup sehari-hari. Al-Qur’an
memberikan wawasan yang luas dan kerangka berpikir yang jelas dalam memetakan
kehidupan manusia. Kehidupan manusia di muka bumi bertujuan untuk mencapai
kebahagiaan. Al-Qur’an memberikan petunjuk kea rah pencapaian kebahagiaan yang
hakiki. Kebahagiaan yang hendak dicapai bukanlah kebahagiaan berdasarkan
pikiran pikiran manusia saja, melainkan
kebahagiaan yang abadi. Al-Qur’an diturunkan Allah ke muka bumi untuk memberikan
penjelasan segala sesuatu, sehingga manusia memiliki pedoman dan arahan yang
jelas dalam melaksanakan tugas hidupnya sebagai makhluk Allah. Al-Qur’an dapat
memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa.
Dengan demikian,
peranan Al-Qur’an bagi manusia dapat dirinci sebagai berikut.
1. Al-Qur’an
berperan sebagai hudan li an-naas (petunjuk
bagi manusia)
Al-Qur’an
diturunkan pada Bulan Ramadhan untuk menjadi petunjuk bagi manusia, penjelas
atas petunjuk tersebut dan pembeda antara yang haq dan bathil, (QS. Al-Baqarah
[2]: 185). Berkaitan dengan peranan tersebut,
Al-Qur’an merupakan rujukan utama dan pertama yang menempati posisi sentral
bagi seluruh disiplin ilmu keislaman. Logis, jika Al-Qur’an mendapat perhatian
besar dari umat muslim yang ingin memperoleh cahaya petunjuk, bahkan non muslim
yang ingin mengenal lebih dekat agama islam. Sebab, tidak mungkin memahami
islam, jika tidak memahami sumber isalam itu sendiri yaitu Al-Qur’an.
2. Al-Qur’an berperan sebagai penjelasan segala
sesuatu untuk membimbing akal manusia
Sebagai
penjelas, Al-Qur’an pada pembukaannya menegaskan terlebih dahulu tidak ada
keraguan di dalamnya (QS. Al-Baqarah [2]: 2). Kemudian disusul dengan penegasan
pula bahwa semua hal dijelaskan dalam Al-Qur’an, (QS. Al-Annam [6] :38; An-Nahl
[16]: 89). Penjelasan-penjelasan Al-Qur’an sebenarnya untuk menjadi petunjuk
juga, sebab tidak mungkin orang mendapatkan petunjuk jika tidak paham petunjuk.
Agar tidak paham petunjuk , perlu ada penjelasan-penjelasan.
3. Al-Qur’an berperan sebagai obat bagi
pemeliharaan jiwa manusia
Sebagai
obat, Al-Qur’an dikhususkan bagi orang-orang yang beriaman, sementara bagi
orang zalim tidak menjadi apa-apa kecuali kerugian ( QS. Al-isra [17]: 82).
Al-Qur’an sebagai obat umumnya dipahami sebagai obat jiwa saja. Memang benar,
yang pokok adalah mengobati penyakit kejiwaan. Mungkin orang dapat berpikir
bahwa lebih baik sehat jiwa walaupun badan sakit, dari pada sehat badan tapi
jiwa sakit (gila). Visi umat islam sebaiknya mengubah cara berfikir demikian,
sebab jiwa dan raga sama-sama pentingnya. Oleh karena itu sama-sama harus
dipelihara dengan baik. Orang memperindah badan tentu baik, namun perlu
disertai dengan memperindah jiwa. Orang yang sudah diciptakan dengan badan yang
bagus harus taat beragama. Ini kesempurnaan seseorang yang meliputi sehat
jasmani, cerdas akal, dan berkualitas hatinya.
Pada suatu ketika datang seseorang kepada Ibnu
Mas’ud (Sahabat Rasul) . Katanya “Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasihat yang dapat
menjadiakn obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam ahir-akhir ini aku
merasa tidak tentram, jiwaku gelisah, pikiranku kusut, sehingga makan yidak
enak, tidurpun tak nyenyak “. Lalu Ibnu Mas’ud memberikan nasihat : “ Kalau itu
yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu : 1. 4 orang
membaca Al-Qur’an, engkau baca Al-Qur’an atau engkau dengar baik-baik orang
yang membacanya; 2. Atau engkau pergi ke majelis pengajian yang mengingatkan
hati kepada Allah; 3. Atau engkau cari tempat yang sunyi, disana engkau
berkhalwat menyembah Allah, umpama ditengah malam mengerjakan shalat tahajjud,
memohon kepada Allah ketenangan jiwa, ketentraman pikiran dan kebersihan hati.
Jika dengan cara demikian belum juga tersembuhkan, engkau minta kepada Allah
digantikan hati yang lain”.
Setelah mendapat nasihat
itu orang tersesat, kembali ke rumah dan diamalkan nasihat tersebut. Dia pergi
mengambil air wudhu kemudian diambilnya Al-Qur’an berubalah hatinya menjadi
tenang dan tentram kegelisahan hilang dan pikiran jadi jernih.
Dari kisah di atas,
dapat dipahami bahwa penyakit hati dapat menyebabkan penyakit badan. Hati yang
sakit, menimbulkan tidak enak makan, kurang tidur, akhirnya dapat jatuh sakit.
Sehubungan dengan itu, dalam hadist Nabi yang lain, jika hati kita sehat, maka
sehatlah seluruh tubuh, tapi jika hati sakit, sakitlah seluruh tubuh. Itulah
pentingnya Al-Qur’an menjadi obat jiwa yang pada gilirannya menjadi obat sakit
fisik.
Sejumlah peranan
Al-Qur’an di atas, sebaiknya menimbulkan refleksi dan perenungan ulang bagi
umat islam apakah benar-benar sudah merasakannya atau belum. Jika belum tentu perlu evaluasi diri.
3.5 Kodifikasi Al-Qur’an
a. Kodifikasi pada masa
Rasulullah
Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan
22 hari. Ketika Nabi berada di Mekkah turun ayat-ayat yang kemudian disebut
ayat Makkiyah dan pada saat Nabi berada di Madinah turun ayat-ayat yang disebut
ayat Madaniyah.
Setiap
ayat Al-Qur’an turun langsung dihafalkan diluar kepala oleh Nabi dan diajarkan
pula kepada para sahabat dan langsung dihafalkan pula oleh mereka. Selanjutnya
para sahabat yang hafal Al-Qur’an disuruh pula oleh Nabi untuk mengajarkannya
kepada yang lain.
Pada
masa Rasul para sahabatpun menuliskan ayat yang turun pada alat-alat tulis yang
mereka miliki, seperti pelepah kurma, batu-batu tipis, dedaunan, kulit binatang
, kemudian disimpan di rumah Rasul.
Kodifikasi
Al-Qur’an pada dasarnya telah dilakukan pada saat Rasul masih hidup. Pada
setiap kali ayat Al Qur’an turun,Nabi memberikan petunjuk kepada para sahabat
dan sekretarisnya dalam penyimpanan ayat dan surat dalam susunan ayat-ayat Al
Qur’an. Nabi mengumpulkan ayat-ayat yang telah ditulis oleh para penulis wahyu
dan memerintahkan Ali untuk menghimpunnya.
Dengan
demikian jelaslah bahwa kodifikasi Al
Qur’antelah dilakukan secara sempurna pada masa Rasulullah. Hanya,pada masa
Rasul pengumpulan dalam bentuk mushaf. Susunan ayat-ayat dan surat-suratnya
belum dilakukan, karena pada saat itu turunnya masih berlangsung yang
kadang-kadand dari surat tertentu tersela oleh turunnya ayat-ayat dari surat
lain, sebelum atau sesudah surat tersebut. Kemudian wahyu turun yang terdiri
atas ayat-ayat yang merupakan bagian dari surat pertama, hingga akhirnya
sempurna wahyu diturunkan.
Setelah
wahyu diturunkan secara sempurna tidak lama kemudian Rasulullah wafat, yaitu
pada tahun diturunkannya ayat Al-Qur’an. Rupanya tidak cukup waktu untuk
mengumpulkan tulisan dan menyusun Al-Qur’an dalam satu mushaf. Namun demikian,
sebelum wafat Rasulullah mengumumkan kepada sejumlah sahabat tentang penyusunan
Al-Qur’an, sehingga para huffadz ( penghapal Al-Qur’an) bias membacanya secara
sempurna tidak tersusun sebagaimana yang diperintahkan Rasul melalui pengajaran
Jibril pada penurunan wahyu yang terakhir. Hal ini menjadi jaminan tersusunnya
Al-Qur’an dalam satu mushaf.
b. Kodifikasi pada masa
para khalifah
Pada
masa sahabat, Al-Qur’an sudah tertulis, tetapi belum terkumpul dalam satu
mushaf, ayat-ayat itu masih berserakan. Pada masa kekhalifahan abu bakar RA,
umar bin khatab menyarankan agar Al-Qur’an di tulis dan di kumpulkan dalam satu
mushaf. Pada awalnya abu bakar menolak dengan alasan rasull pun tidak
melakukannya. Setelah keperluan itu dirasakan mendesak apa lagi setelah
terjadinya peperanga-peperangan melawan orang-orang murtad yang banyak
menewaskan para penghafal Al-Qur’an, abu bakar memerintahkan ali bin ali thalib,
zaid bin tsabit, dan umayah bin kaab serta utsman bin affan untuk menulis dan
membukukannya. Setelah di susun, mushaf itu di simpan oleh abubakar hingga
wafat. Kemudian di pegang oleh umar bin khatab, setelah umarwafat di simpan
oleh hafsah binti umar.
Khalifah
utsman mengadakan mushaf Al-Qur’an menjadi 5 buah. Beliau mengirimkannya
keberbagai daerah sbagai rujukan dan dasar pemerintahan di daerah-daerah
kedaulatan islam. Sejak saat itu mushaf Al-Qur’an tersebut menjadi rujukan bagi
penulis mushaf selajutnya, dan tersebar keseluruh dunia islam sampai sekarang .
Al-Qur’an tersebar di seluruh dunia, tidak terdapat perbedaan di dalamnya dari
mushaf terdahulu.
c. Masa
turunya Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan
selama masa 23 tahun yang terbagi dalam dua masa, yaitu :
1. Masa Makiyyah,
yaitu masa turunnya ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di mekkah atau sebelum
Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.
Ciri-ciri
ayat Makiyyah :
a.
Ayat-ayat dan suratnya pendek-pendek,
nada bahasanya keras dan bersajak.
b.
Setiap surat yang di dalamnya terdapat
ayat sajdah.
c.
Setiap surat yang di dalamnya lafadh
“kalla”.
d.
Setiap surat yang diawali dengan kalimat
(wahai manusia), kecuali surah Al-Hajj ayat 77.
e.
Setiap surat yang terdapat kisah-kisah
para Nabi dan umat terdahulu, keculi surat Al-Baqarah.
f.
Setiap surat yang dimulai dengan huruf
tahajji (huruf abjad) seperti : Alim Lam Ra, Alif Lam Mim Ra, kecuali surat
Al-Baqarah dan Ali-Imran.
g.
Mengandung seruan untuk beriman kepada
Allah dan hari kemudian dan menggambarkan keadaan surge dan neraka.
h.
Mengajar manusia berakhlak mulia dan
berjalan di atas jalan yang benar.
i.
Terdapat banyak lafadh sumpah.
2. Masa Madaniyyah,
yaitu masa turunnya ayat-ayat Al-Qura’n di madinnah atau sesudah Nabi Muhammad
SAW hijrah ke madinah.
Cirri-ciri
ayat-ayat Madaniyyah :
a.
Ayat-ayat atau suratnya panjang-panjang.
b.
Sebagian ayat atau surat diawali dengan
kalimat : (Hai orang-orang yang beriman)
c.
Gaya bahasanya sangat jelas dalam
menerangkan hukum-hukum agama.
d.
Setiap surat yang mengandung izin
berijtihad atau menjelaskan tentang perang dan hukumnya.
e.
Setiap surat yang menjealaskan tentang
hukum pidana secara terperinci.
f.
Setiap surat yang menjelaskan tentang
masalah social kemasyarakatan.
g.
Setiap surat yang menyinggung hal ihwal
orang munafik, kecuali surat Al-Ankabut mulai ayat ke-12 dan seterusnya.
h.
Setiap surat yang membantah tata cara
keagamaan ahlul hitam dan mengajak mereka agar tidak berlebih-lebihan menjalankan
agamanya.
i.
Menunjukan secara rinci bukti-bukti atau
dalil-dalil yang menunjukkan hakekat-hakekat keagamaan.
d.
Cara Al-Qur’an diturunkan
Cara turunnya Al-Qur’an
telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Asy-Syuura ayat 51:
Berdasarkan ayat tersebut si atas, makaAl-Qur’an diturunkan melalui 3 cara, yaitu:
Berdasarkan ayat tersebut si atas, makaAl-Qur’an diturunkan melalui 3 cara, yaitu:
1. Pemberitahuan
tentang Tuhan dengan cara ilham tanpa perantara. Termasuk dalam bagian ini
ialah mimpi yang tepat dan benar Nabi Ibrahim untuk menerima perintah
menyembelih putranya Nabi Ismail. Sebagaimana yang diperintahkan dalam
Al-Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 102.
2. Mendengar
firman Allah di balik tabir, seperti yang diterima oleh Nabi Musa as ketika
menerima pengangkatan kenabiannya. Peristiwa ini diterangkan dalam Al-Qur’an
surat Thaahaa : 11-12. Demikian juga yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW dalam
peristiwa Isra Mi’raj yang menerima perintah shalat lima waktu dari Allah SWT.
3. Penyampaian
wahyu Tuhan dengan perantaraan malaikat Jibril as seperti yang dialami oleh
Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini ada berbagai macam cara dan keadaan,
diantaranya :
a.
Malaikat Jibril as memasukkan wahyu itu
ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW tidak melihat sesuatu apapun,
hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya.
b.
Malaikat Jibril as menampakan dirinya
kepada Nabi Muhammad SAW berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata
kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata tersebut.
c.
Malaikat Jibril as menampakan dirinya
kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana rupanya asli.
d.
Wahyu yang datang kepadnya seperti
gemerincingnya lonceng.
e.
Sebab-Sebab Turunnya Al-Qur’an
Turunnya
ayat Al-Qur’an itu ada dua macam, yaitu :
1.
Turunnya ayat didahului oleh suatu
sebab.
Dalam
hal ini ialah ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum. Seperti ayat 221 surat
Al-Baqarah, tentang hukum perkawinan lain agama. Begitu juga dengan ayat 219
surat Al-Baqarah tentang larangan minuman khamer.
2.
Turunya ayat tanpa didahului sebab.
Dalam
hal ini ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah-kisah. Sejarah atau ceritaumat
terdahulu. Jumlah ayat yang turun tanpa didahului oleh sebab lebih banyak dari
pada ayat yang turun didahului oleh sebab.
f.
Sejarah Turunnya Al-Qur’an
Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada
malam senin, tanggal 19 Ramadan bertetapan dengan 6 Agustus 610 M di Gua Hira,
ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah surah Al-Alaq
ayat 1-5.
لَمْ مَا الْإِنْسَانَ
عَلَّمَ (۴) بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الَّذِي (۳) الْأَكْرَمُ وَرَبُّكَ اقْرَأْ (۲) عَلَقٍ مِنْ الْإِنْسَانَ خَلَقَ (۱) خَلَقَ الَّذِي رَبِّكَ بِاسْمِ اقْرَأْ
(۵)يَعْلَمْ
Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang telah menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
(3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran qalam (alat tulis) (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS Al-Alaq : 1-5).
Ayat yang kedua turun ialah surat Al Muddatstsir
ayat 1-5:
(0)فَاهْجُرْ وَالرُّجْزَ (٤)فَطَهِّرْ وَثِيَابَكَ (٣)فَكَبِّرْ
وَرَبَّكَ (٢) فَأَنْذِرْ قُمْ (١)الْمُدَّثِّرُ أَيُّهَا يَا
“[1]
Wahai orang yang berkemul (berselimut)[2], bangunlah, lalu berilah
peringatan[3], dan agungkanlah Tuhanmu[4], dan bersihkanlah pakaianmu[5], dan
tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji.” (QS.
Al Muddatstsir: 1-5).
Setelah surah
Al-Muddatsir ayat 1-5 tersebut, disusul oleh ayat 94 surah Al hijr:
الْمُشْرِكِينَ عَنِ
وَأَعْرِضْ تُؤْمَرُ بِمَا فَاصْدَعْ
“Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik”. (QS. Al
Hijr : 94)
Disusul ayat
berikutnya, yakni surah asy syu’ara’ ayat 214:
Kemudian disusul oleh
ayat-ayat yang lain sampai pada ayat yang terakhir yaitu surah Al Maidah ayat 3
:
دِينًا
الْإِسْلَامَ لَكُمُ وَرَضِيتُ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَأَتْمَمْتُ دِينَكُمْ لَكُمْ
أَكْمَلْتُ الْيَوْمَ
“
… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu….”.
(QS Al Maidah : 3 )
Ayat
yang terakhir tersebut diturunkan pada hari jum’at tanggal 9 Dzulhijjah tahun
10 H atau bertepatan bulan Maret 632 M, pada saat itu Nabi SAW sedang
bertawukuf di padang Arafah untuk menynaikan haji wada’ atau haji terakhir.
3.6 Kandungan Al-Qur’an
Al-Qur’an terdiri atas
114 surah, yang tersusun dari surah Al-Fatihah sampai surah An-Naas sebagaimana
telah tauqf i(ditetapkan Nabi atas
petunjuk Allah). Jika dikaitkan dengan tempat turunnya Al-Qur’an, maka
ayat-ayat Al-Qur’an terbagi menjadi dua, yaitu ayat makiyah dan ayat madaniyah.
Kandungan Al-Qur’an pun menjadi duayaitu kandungan yang berkaitan dengan
situasi makkah dan madinah. Tentu karna dua perbedaan tempat itu, isi pesannya
pun memiliki karakteristik yang berbeda antara ayat makiyah dan ayat madanyah.
Para pakar tafsir mengelompokan demikian. Akan tetapi, makiyah bukan berarti hanya surah yang turun di Makkah saja, tetapi
dapat saja turun di madinah tetapi berkaitan dengan situasi kondisi Makkah.
Oleh karena itu, bukan tempatnya yang menjadi tolak ukur, tetapi setting social dan perkembangan
pemikiran manusianya. Tempatnya bisa berlaku dimana saja. Akan tetapi,
mengingatkan situasi sosialnya yang menjadi sasaran, maka kandungan isinya
Al-Qur’an sesuai dengan situasi tersebut. Kelengkapan kandungan Al-Qur’an diterangkan
sendiri di dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
شَيْءٍ
مِنْ الْكِتَابِ فِي فَرَّطْنَا مَا
Tiadalah
Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab. (QS.
Al-An’am,6:38).
Dalam
ayat diatas diketahui bahwa didalam Al-Qur’an terkandung segala sesuatu yang menjadi
pokok-pokok segala aspek kehidupan manusia. Maksud segala sesuatu yang dimaksud
pada ayat di atas adalah bahwa al-Qur’an member pernsip-perinsip dasar bagi
manusia dalam mengatur kehidupannya di dunia yang sejalan dengan arah yanf
seharusnya di capai untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki di dunia dan
akhirat.
Secara umum isi
kandungan Al-Qur’an terdiriatas :
a)
Pokok-pokok keyakinan atau keimanan yang
melahirkan teologi atau ilmu kalam
b)
Pokok-pokok aturan atau hukum yang
melahirkan ilmu hukum, syariat atau ilmu fiqih
c)
Pokok-pokok pengabdian kepada Allah (ibadah)
d)
Pokok-pokok aturan tingkah laku (akhlak)
e)
Petunjuk tentang tanda-tanda alam yang
menunjukan adanya Tuhan
f)
Petunjuk mengenai hubungan golongan kaya
dan miskin
g)
Sejarah para Nabi dan Umat terdahulu
Pada
awal-awal turunnya, Al-Qur’an bersentuhan dengan aspek psikologis berupa
kesadaran manusia. Kesadaran manusia terdalam bersifat religious. Pengenalan
pertama dalam surah Al-Alaq [96]:1-5 menyadarkan kembali aktivitas manusia yang
harus dikaitkan dengan menyebut asma
Allah, karena manusia telah diciptakan oleh Allah. Ayat tersebut merupakan
petunjuk pertama bagi manusia dalam menjalankan hidup di dunia ini. Nabi
Muhammad SAW. Yang menerima petunjuk Allah Swt. Berusaha dengan sekuat tenaga
dan pikiran untuk menyampaikan kepada umat manusia secara umum. Walaupun
konteks sejarah berhadapan dengan orang Arab yang sudah paham bahasa Al-Qur’an,
tetapi hakikat misinya untuk seluruh manusia disegenap penjuru alam. Sejarah
telah mencatat, keberhasilan yang dahsyat telah dicapai Nabi Muhammad Saw.
Sebagai tonggak keberhasilan umat islam. Manusia keluar dari alam jahiliyah menuju alam terang benderang.
Manusia selamat dari keterbelengguan adat istiadat nenek moyang mereka yang
sesat. Hal ini terjadi sepanjang kesejarahan di Makkah.
Pada periode
selanjutnya, di madinah Al-Qur’an turun bersentuhan dengan aspek sosiologis.
Tata pemerintahan yang islami mulai mendapat petunjuk yang jelas dari
Al-Qur’an. Prinsip musyawarah mendapat penekanan pentingdalam merumuskan kebijakan-kebijakan
penting dalam tata pemerintahan. Al-Qur’an member petunjuk agar setiap urusan
social dimusyawarahkan. Prinsip musyawarah dalam Al-Qur’an berbeda dengan
demokrasi baik di Barat maupun di Indonesia sendiri. Dalam musyawarah tidak
diputuskan berdasarkan suara terbanyak untuk mufakat, tetapi berdasarkan
manfaat bagi semua pihak. Disini jelas sekali asas keadilan akan terlaksan
adengan sendirinya. Keadilan menurut petunjuk Al-Qur’an bukan untuk
diperdebatkan, melainkan untuk dirasakan semua pihak. Dengan denikian, secara
sosiologis, madinah menjadi kota yang berperadaban tinggi karena terbangun
kedewasaan manusia yang saling berinteraksi.
Ayat-ayat
makiyah terdiri atas ¾ dari isi
Al-Qur’an pada umunya mengandung keimanan, perbuatan baik-buruk, pahala dan
dosa, kisah-kisah para Rasul, cerita umat terdahulu dan
perumpamaan-perumpamaan, adapun ayat-ayat madaniyah
umumnya berbicara soal hidup kemasyarakatan, hukum-hukum perkawinan,waris,
perjanjian dan perang.
Seleruh
isi Al-Qur’an jika di kategorikan dalam sudut pandang kerangka dasar islam,
terbagi menjadi: (1) aspek akidah, (2) aspek syariah, (3) aspek akhlak. Aspek
akidah melahirkan ilmu-ilmu tauhid (teologi), aspek syariah melahirkan ilmu
hukum, dan aspek akhlak melahirkan ilmu akhlak (etika). Ilmu hukum terbagi
menjadi dua yaitu, hukum ibadah dan hukum muamalah. Hukum muamalah melahirkan
ilmu-ilmu yang luas termasuk hukum alam dan hukum sosial, dan hukum teknologi
dengan segala ilmu murninya. Untuk menggali semua kandungan Al-Qur’an tersebut,
seorang muslim amat mutlak merunjuk pada Al-Qur’an dan al-sunnah sudah tidak
dapat di ubah-ubah lagi, tetapi penafsirnyadapat di teruskan sampai tak
terhingga yaitu dengan ijtihad mengerahkan segenap kemampuan akal dan hati
manusia. Hasil-hasil ijtihad dapat menjadi rujukan generasi selanjutnya dalam
berijtihad yang baru. Demikian seterusnya, termasuk dalam berijtihad untuk
melahirkan sains dan teknologi.
Abdul
Wahhab Khallaf, secar aterinci membagi ayat Al-Qur’an menjadi :
1. 500
ayat tentang hukum;
2. 140
ayat tentang ibadah;
3. 228
ayat tentang kemasyarakatan.
Bidang kemasyarakatan di bagi
menjadi :
a.
70 ayat tentang keluarga, perkawinan,
pencarian hak waris;
b.
70 ayat tentang perdagangan, jual beli,
sewa menyewa, pinjam meminjam, gadai, perseroan, kontrak;
c.
30 ayat tentang pidana;
d.
25 ayat tentang hubungan orang islam
dengan orang non-islam;
e.
13 ayat tentang pengadilan;
f.
10 ayat tentang hubungan orang kaya dan
orang miskin;
g.
10 ayat tentang kenegaraan;
Menurut Al-Qur’an
sendiri, bahwa dalam Al-Qur’an tidak ada yang terlupakan (QS Al-An’nam [6]:
38). Jika tidak ada yang luput dari Al-Qur’an, berarti Al-Qur’an menjelaskan
segala sesuatu (QS Al-Nahl [16]: 89). Dari watak Al-Qur’an demikian, dapat
melahirkan ilmu-ilmu seperti pendidikan, hokum, sosial, politik, ekonomi, pertanian,
kedokteran, dan teknologi.
3.7
Otoritas Al-Qur’an sebagai Wahyu
Banyak
sekali ayat-ayat Al-Qur;an yang berisi informasi tentang alam semesta yang
dapat dijadikan bukti bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah, bukan karya manusia,
beberapa di antaranya adalah :
·
Tentang awal kejadian langit dan
bumi. Di dalam QS. 21 : 30 Allah
menegaskan : “Apakah orang-orang lafir tidak mengetahui, sesungguhnya langit
dan bumi dahulunya adalah satu yang padu, maka kemudian kami lontarkan. Dan
Kami jadikan semua makhluk hidup dari air, apakah mereka tidak mau beriman”.
·
Tentang pergerakan gunung dam lempengan
bumi. QS :”Dan kamu melihat gunung, kamu
menyangka gunung itu diam. Tidak gunung itu bergerak sebagaimana geraknya
awan”.
·
“Nabi Yusuf berkata : Ya ayahku ada
sebelas planet yang bersujud kepadaku”. Allah sebagai pencipta alam ini
menegaskan di dalam Al-Qur’an bahwa planet itu ada sebelas. Padahal para ahli
astronomi berpendapat hanya ada sembilan planet. Siapa yang benar ? Allah
sebagai penciptanya atau manusia yang hanya mencari dan menemukannya. Pasti
Allah yang benar. Baru pada tahun-tahun
terakhir ini para ahli astronomi menemukan bahwa planet itu ada sebelas.
Mana
mungkin Al-qur’an mampu memberi informasi tentang alam yang menjadi ilmu
pengetahuan modern, seandainya Al-Qur’an
bukan karya Allah. Ayat-ayat di atas membuktikan bahwa dilihat dari perspektif
sains, Al-Qur’an pasti karya Allah, firman Tuhan bukan karya Nabi Muhammad SAW.
Al-Qur’an itu
diturunkan oleh Allah SWT yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi, bukan
dongengan orang terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW. yang dibacakan setiap pagi
dan petang (QS. Al-Furqan [25]: 5-6). Dalam ayat lain, sesungguhnya Al-Qur’an
itu benar-benar diturunkan oleh Allah Tuhan semesta alam yang dibawa turun oleh
malaikat Jibril ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. Dengan bahasa arab yang jelas
(QS. Asy-Syu’ara [26]: 192-195).
Menurut pendapat yang
paling kuat bahwa Al-Qur’an itu dua kali diturunkan. Pertama, diturunkan secara langsung dari Lauh Mahfuzh ke Baitul
Izah di langit dunia. Peristiwa turunya terjadi pada malam Al-Qadr (QS. Al-Qadr
[97]: 1-5). di bulan Ramadhan (QS Al-Baqarah [2]: 185). Kedua, diturunkan dari langit dunia kebumi, yakni kepada Nabi
Muhammad SAW. secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 22 hari (23 tahun). Ayat
yang pertama kali turun adalah surah Al-‘Alaq [96]: 1-5 dan ayat yang terakhir
turun menurut jumhur ulama adalah surah Al-Maidah [5]: 3 yang berbunyi:
Al-Qur’an
memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu cirinya bahwa
keontetikan (keaslian) Al-Qur’an
dijamin oleh Allah SWT. dan dipelihara oleh Allah pula (QS. Al-Hijr [15]: 9).
Kaum muslimin tidak meragukan bahwa apa yang dibaca dan didengar tentang bacaan
Al-Qur’an tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh
Rasulullah SAW. dan didengar oleh para sahabat. Tetapi,bagaimana bukti keontetikan Al-Qur’an dapat diterima
oleh orang non-muslim? M. Quraish Shihab
mengutip pendapat Abdul Halim Mahmud (alm) bahwa: para orientalis yang dari
saat ke saat berusaha menunjukkan kelemahan Al-Qur’an tidak mendapatkan celah
untuk meragukan keotentikanya.
Sejarah turunya Al-Qur’an sangat jelas dan terbuka saampai sekarang. Al-Qur’an
dihafal dan dibaca oleh kaum muslimin sejak dahulu hingga sekarang. Secara
terbuka tanpa ada keraguan, Al-Qur’an sendiri yang menentang siapa yang akan
mampu mematahkan AL-Qur’an walaupun satu ayat atau yang semisal. Firman Allah
SWT: “Dan sekiranya Al-Qur’an ini bukan
dari sisi Allah tentulahmereka mendapatkan pertentanganyang banyak didalamnya.
“ (QS. An-Nisa [4]: 82).
Sumber Al-Qur’an adalah
Allah Ta’ala. Pandangan ini sangat kuat jika dikaitkan dengan posisi Nabi
sebagai penerima Al-Qur’an yang diangkat dari golongan manusia sendiri.
Umumnya, manusia merasa bangga dan ingin mengklaim suatu karya sebagai
miliknya, terutama jika karya tersebut mutunya tinggi. Tetapi Nabi tidak
melakukan demikian, padahal secara manusiawi Nabi bisa saja mengklaim bahwa
Al-Qur’an sebagai karya dirinya sehingga diakui kepandaiannya oleh orang Arab
Quraisy saat itu. Pada masa itu perlombaan karya sastra adalah bagian dari
kehidupan masyarakat Quraisy untuk memilih karya-karya terbaik. Tetapi ditengah
ketakjuban daya saing Al-Qur’an yang tak terkalahkan, Al-Qur’an tetap dikatakan
sumbernya dari Allah, bukan karya Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an memiliki gaya
kesusastraan yang paling tinggi dan dapat mengalahkan telak sastrawan pada
zamanya.
Dalam isinya Al-Qur’an
menjangkau segala persoalan manusia, baik persoalan ibadah maupun muamalah
dalam arti yang seluas-luasnya. Al-Qur’an melampaui pikiran manusia siapa pun
dan di mana pun. Tidak ada manusia yang mampu menjangkau gagasan sampai
mengcover masa lampau dan masa yang akan datang, bahkan persoalan akhirat sudah
dapat diketahui oleh Nabi Muhammad dan umat muslim melalui Al-Qur’an. Walaupun
Al-Qur’an tidak turun sekaligus ke alam dunia, tetapi dalam waktu sekitar 23
tahun, namun isinya konsisten tidak bertentangan dan mampu membangkitkan
kesadaran terdalam manusia.
M. Quraish Shihab
mengutip Mustafa Mahmud dari Rasyad Khalifah, bukti-bukti keotentikan Al-Qur’an
dari segi huruf-huruf hijaiyah dalam
suatu surah yang habis dibagi angka 19. Misalnya, huruf qaf dalam surat Qaaf [50] terulang sebanyak 57 kali yang berarti
3x19. Huruf nun dalam surah Al-Qalam
ditemukan 133 yang berarti 7x19. Huruf ya
dan sin dalam surah Yaasin
masing-masing ditemukan sebanyak 285 yang berarti 15x19. Huruf tha dan ha dalam surah Thaha masing-masing ditemukan sebanyak 342 yang
berarti 18x19, dan seterusnya. Penelitian ini terfokus pada huruf awwal (fawatih
al-suwwar) yang menjadi pembuka suatu surah yang terdapat dalam masing-masing
surah di dalamnya. Hal ini merupakan konsistensi Al-Qur’an yang sudah
ditemukan, dan tentu masih banyak lagi konsistensi dari sisi lainnya yang belum
ditemukan manusia lainnya.
Dengan demikian,
Al-Qur’an menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW. Gambaran paling jelas,
bukti kebenaran Al-Qur’an berkaitan dengan tantangan-tantangan secara bertahap
kepada manusia kafir yang meragukan Al-Qur’an. Tantangan tersebut, lahir karena
sangat yakin bahwa Al-Qur’an adalah informasi yang bersumber dari Allah Ta’ala.
Paling tidak ada tiga aspek dalam Al-Qur’an yang dapat menjadi bukti bahwa
seluruh petunjuk yang disampaikan adalah bersumber dari Allah Ta’ala, yaitu:
1. Aspek
keindahan bahasa dan ketelitian redaksinya
2. Pemberitaan-pemberitaan
ghaibnya
3. Isyarat-isyarat
ilmiahnya.
Ketiga aspek di atas,
manusia tidak ada yang mampu baik diukur pada zaman awal turunya Al-Qur’an maupun
sampai saat ini pun. Karya siapa yang menyentuh kesadaran manusia terdalam,
abadi, dan menjangkau semua lapisan manusia. Itulah keistimewaan Al-Qur’an yang
sekaligus kebenaran di dalamnya baik sumber maupun isinya.
BAB
IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
0 Comments: